kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Himbara: Bank BUMN siap hadapi MEA


Selasa, 26 Agustus 2014 / 21:24 WIB
Himbara: Bank BUMN siap hadapi MEA
ILUSTRASI. Sejarah Hari Nyepi bermula dari kisah Rajak Kaniskha I dari bangsa Saka terpilih di tahun 78 Masehi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara), Gatot M Suwondo menyatakan bank-bank BUMN siap menghadapi integrasi keuangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2020 nanti. Kesiapan tersebut bisa dilihat dari kinerja perbankan yang solid setiap tahunnya.

Gatot menyebut, dari 2008 sampai akhir 2013, aset perbankan tumbuh rata-rata 16,5%. Pertumbuhan kredit perbankan sekitar 20% dan dana pihak ketiga tumbuh sebesar 15,9%. Di samping itu, kinerja permodalan perbankan pada periode tersebut, disebut Gatot mencapai 21,3%.

Sementara kinerja laba-rugi perbankan mencapai sekitar 28%. Begitu pun dengan rasio kredit bermasalah cukup rendah, yaitu sebesar 2%.

"Kinerja perbankan saat ini boleh dikatakan solid. Kinerja bank BUMN kuat secara fundamental. Untuk menghadapi MEA, bank-bank BUMN siap," kata Gatot dalam Seminar Konsolidasi Perbankan Menghadapi MEA 2020 di Jakarta, Selasa (26/8).

Gatot menyebut bank yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar merupakan bank lokal. Bank-bank di Indonesia meski relatif lebih kecil dari sisi aset dan permodalan, namun kinerja bank masih dapat bersaing dibanding dengan bank-bank di ASEAN lainnya.

Dari sisi intermediasi, tercermin dari tingkat Loan To Deposit Ratio (LDR) yang masih sesuai batas aman 78%-92%. "Kalau soal persaingan, bank di Indonesia sudah bersaing. Well-tested karena secara regulasi yang paling liberal adalah Indonesia. Kinerja bank-bank di ASEAN, kita competing," ujarnya.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk ini juga mengungkapkan, dari sisi profitabilitas, keuntungan industri bank di Indonesia merupakan yang paling tinggi dibanding negara-negara lain.

Asing didorong ke luar Jawa

Dari 119 bank yang ada saat ini menurutnya telah teruji dan lolos dari berbagai macam krisis. Sedangkan bank asing yang ekspansi di Indonesia, tidak bisa berkembang.

Di Singapura contohnya, hanya terdapat lima bank lokal. Sehingga tidak perlu dilakukan penggabungan empat bank BUMN besar untuk menghadapi MEA. Namun yang dibutuhkan adalah penyebaran layanan perbankan.

Oleh karena itu, Gatot mengusulkan pada regulator untuk membuka perizinan pada bank asing namun untuk didorong di daerah luar pulau Jawa. "Siap tidak empat bank BUMN ini bersaing? Kita sudah menang, yang belum teruji adalah bersaing di negara tetangga, tapi mereka tutup pintu," jelas Gatot.

Lebih lanjut Gatot menambahkan, Indonesia perlu memaksa negara-negara ASEAN lain untuk membuka diri terhadap ekspansi bank asing. Sebab, ada beberapa negara yang belum memiliki kesiapan dari sisi perbankannya.

"Ada negara-negara yang belum siap, seperti Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, dan Brunei Darussalam. Kita (BNI) pernah apply untuk membuka cabang di Myanmar, tapi di sana sedang dirancang undang-undang perbankan, jadi di-pending (ditunda)," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×