Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Agar kinerja tahun ini tetap terjaga, perbankan memanfaatkan berbagai macam saluran kredit, termasuk kucuran kredit sindikasi. Bank Permata misalnya, tengah merampungkan penyaluran kredit sindikasi untuk perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan sawit. Dalam sindikasi itu, Permata akan mendapatkan porsi sekitar Rp 400 miliar.
Pinjaman sindikasi itu menjadi salah satu bagian dari lima pinjaman sindikasi yang ditargetkan Permata tahun ini. "Satu sindikasi sudah kami selesaikan untuk nasabah yang bergerak di sektor food and beverage senilai US$ 150 juta," kata Roy A. Arfandy, Plt Direktur Utama sekaligus Wakil Direktur Utama Bank Permata, kepada KONTAN, Senin (19/5) lalu. Dalam sindikasi tersebut, Permata mendapat porsi sebesar US$ 50 juta.
Sebenarnya, Permata tidak khusus menargetkan penyaluran kredit sindikasi tahun ini. Roy bilang, target pertumbuhan penyaluran kredit sindikasi masih sejalan dengan arahan Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan.
Secara umum, kredit sindikasi berkontribusi sekitar 20% dari total kredit korporasi Permata. "Sementara kredit korporasi hanya menyumbang 5% dari total kredit Bank Permata," jelas Roy.
Sejalan dengan itu, Permata berhasil menahan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) pada kredit korporasi. Pencapaian itu cukup baik mengingat kondisi makro saat ini masih belum stabil. Roy juga bilang, Permata memasang strategi dengan pemantauan secara seksama terhadap portofolio kredit melalui mekanisme Early Account Monitoring.
Bank Central Asia juga berupaya mempertahankan penyaluran kredit sindikasi pada tahun ini. Direktur Korporasi BCA, Dhalia Mansor Ariotedjo, menyatakan hingga kemarin BCA baru merealisasikan satu kredit sindikasi. "Sudah ada satu, dan beberapa yang diproses. Nilainya sekitar Rp 2 triliun," ucap Dhalia, kemarin (21/5).
Tahun ini, BCA membidik pertumbuhan kredit korporasi sebesar 14%. Target tersebut sejatinya lebih rendah ketimbang realisasi pertumbuhan kredit korporasi tahun lalu yang sebesar 21%.
Jika akhir tahun lalu kucuran kredit korporasi BCA mencapai Rp 103,08 triliun, maka pada tahun ini bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini berpotensi mengucurkan kredit senilai Rp 117,51 triliun. Dhalia pernah menerangkan, sektor korporasi yang masih potensial untuk dibiayai adalah manufaktur, makanan dan minuman, perkebunan, tekstil, dan perkebunan. Sedangkan, sektor kredit korporasi yang tidak akan besar adalah batubara, kecuali ada permintaan dari debitur.
Sebelumnya diberitakan, Bank Rakyat Indonesia berniat mengucurkan kredit sindikasi infrastruktur senilai Rp 6 triliun pada kuartal kedua tahun ini. Dalam kredit itu, BRI mengambil porsi 25%. BRI juga akan membiayai kredit perkebunan dan agribisnis senilai Rp 500 miliar.
Manajemen BRI memproyeksikan kredit korporasi tumbuh 15%-16% hingga akhir 2014. Tahun lalu, kredit korporasi BRI hanya tumbuh 6,5% (KONTAN, 3 Mei 2014).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News