kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.224   -44,00   -0,27%
  • IDX 7.104   7,49   0,11%
  • KOMPAS100 1.061   -0,99   -0,09%
  • LQ45 835   -0,72   -0,09%
  • ISSI 215   0,47   0,22%
  • IDX30 426   -0,26   -0,06%
  • IDXHIDIV20 514   0,82   0,16%
  • IDX80 121   -0,11   -0,09%
  • IDXV30 125   -0,43   -0,34%
  • IDXQ30 142   0,04   0,03%

Perbankan atur strategi himpun pendapatan komisi


Senin, 15 Juli 2019 / 17:20 WIB
 Perbankan atur strategi himpun pendapatan komisi


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mulai kembali mengatur strategi untuk mempertebal pendapatan komisinya. Maklum persaingan dengan perusahaan teknologi finansial di bidang pembayaran, dan beberapa kebijakan misalnya penurunan biaya kliring berpotensi menggerus ceruk bisnis bank.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya terus mengoptimalisasikan potensi dari Agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor untuk Keuangan Inklusif (Laku Pandai) yaitu BRILink.

Sepanjang semester I-2019, Agen BRILink telah mencatatkan volume transaksi 234 juta kali dengan nilai mencapai Rp 331 triliun. Dari nilai transaksi tersebut, agen BRILink berkontribusi sebesar Rp 359 miliar terhadap pendapatan komisi BRI.

Sedangkan targetnya hingga akhir tahun, Agen BRILink diharapkan dapat berkontribusi senilai Rp 550 miliar dengan pertumbuhan 22,5% (yoy) dibandingkan nilai kontribusinya pada 2018 senilai Rp 448,8 miliar.

“Sedangkan secara total, kami memproyeksikan pendapatan komisi pada semester I-2019 bisa tumbuh 11,7% (yoy) dengan nilai mencapai Rp 6 triliun,” kata Corporate Secretary BRI Bambang Tri Baroto kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).

Selain ditopang Agen BRILink, Bambang menyebut penopang pendapatan komisi BRI antara lain transaksi e-channel, e-banking, serta jasa trade finance seiring pengembangan fokus bisnis internasional BRI.

Adapula PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) yang punya strategi untuk terus meningkatkan transaksi nasabahnya di platform digital milik Bukopin yaitu Bukopin Wokee. Targetnya transaksi di Bukopin Wokee bisa menyumbang hingga 50% dari total pendapatan komisi Bukopin.

“Sampai akhir tahun harapannya kontribusi Bukopin Wokee bisa mencapai 50% dari total pendapatan komisi Bukopin. Saat ini memang baru 10%, namun pertumbuhan tersebut juga sudah meningkat signifikan dibandingkan dua bulan lalu yang kontribusinya masih 2,5%,” kata Direktur Konsumer Bank Bokopin Rivan A Purwantono belum lama ini.

Rivan menambahkan saat ini pengguna Bukopin Wokee juga hampir mencapai 90.000 pengguna, sedangkan hingga akhir tahun Bukopin menargetkan untuk memiliki 100.000 pengguna.

Ia menambahkan Bukopin Wokee paling banyak digunakan untuk transaksi pembayaran, untuk pembayaran listrik saja Rivan bilang nilainya bisa mencapai Rp 4 triliun. Sedangkan rata-rata volume transaksinya mencapai 11 juta kali transaksi per bulan, dan hingga akhir tahun targetnya mencapai 15 juta kali transaksi.

“Bukopin Wokee juga diharapkan dapat meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) agar lebih memudahkan pengguna mereka juga bisa menyimpan dananya di kami sebagai source of fund. Dan di sisi lain cost of fund kami juga menjadi sangat murah hanya di kisaran 2%-3%,” jelas Rivan.

Melalui Bukopin Wokee, Rivan menargetkan pertumbuhan DPK perseroan bisa mencapai 15% pada akhir tahun. Sedangkan hingga Juni 2019, pertumbuhannya baru mencapi 6%.

Strategi berbeda diambil oleh PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Bank di kelas Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III ini akan mendorong business banking guna menopang pendapatan komisinya lantaran memiliki nilai tambah lebih besar, alih-alih menguatkan transaksinya.

Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja bilang, penopangnya akan berasal dari bisnis wealth management, transaksi valas, dan jual beli surat berharga baik dari korporasi maupun pemerintah.

“Pertumbuhan fee based income kami mencapai double digit di semester I-2019 yang ditopang oleh transaksi valas, dan marketable securities. Kalau wealth management-nya justru agak kurang, karena mungkin nasabah masih wait and see,” kata Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja saat ditemui Kontan.co.id, Senin (15/7).

Sedangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masih akan mengambil strategi konvensional untuk menopang pendapatan komisinya dari biaya administrasi. Maklum, pendapatan tersebut memang jadi penopang paling besar bagi bank spesialis kredit pemilikan rumah (KPR) ini.

“37% pendapatan komisi kami masih didominasi oleh pendapatan administrasi, sisanya berasal dari pendapatan atas layanan, trading, dan lainnya,” kata Plt Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Nixon Napitupulu kepada Kontan.co.id.

Sedangkan hingga Mei 2019, Nixon bilang pertumbuhan pendapatan komisi BTN mencapai Rp 854 miliar dengan pertumbuhan 35,10% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×