kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Perbankan bidik dana segar dari pasar modal


Selasa, 12 November 2013 / 09:33 WIB
Perbankan bidik dana segar dari pasar modal
ILUSTRASI. Tanggal Merah Bulan Juli 2022 atau Libur Nasional Juli 2022.


Reporter: Nina Dwiantika, Issa Almawadi, Adhitya Himawan | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Perbankan kembali bersiap meraup dana segar dari pasar modal pada tahun 2014. Bank Mandiri dan Bank Internasional Indonesia (BII) berencana menerbitkan obligasi tahun depan.

Menurut rencana, Bank Mandiri akan kembali menggelar penerbitan obligasi, setelah menunda rencana penerbitan obligasi sekitar Rp 5 triliun-Rp 8 triliun pada tahun ini. Bank pelat merah ini akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi sebagai sumber dana penyaluran kredit.

Pahala N. Mansury Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, mengatakan penerbitan obligasi berdenominasi rupiah untuk membantu likuiditas rupiah. Bank Mandiri memperkirakan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada tahun depan di kisaran 14%-15%. Ini lebih rendah dari pertumbuhan tiga tahun sebelumnya yang antara 17%-18%.  "Kami perlu menerbitkan obligasi karena rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) rupiah mulai tinggi," kata Pahala, Senin (11/11).

Royke Tumilaar Managing Director Tresury, Financial Institution and Special Asset Management Bank Mandiri, menambahkan Mandiri selalu memasukkan rencana penerbitan obligasi dalam rencana bisnis bank (RBB). Saat ini, Mandiri tengah mengkaji nilai dan waktu penerbitan obligasi yang tepat.  "Bank sekelas Mandiri pasti akan menerbitkan obligasi di atas Rp 2 triliun," kata Royke.

Sementara Bank Internasional Indonesia (BII) berencana menambah modal untuk menjaga rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) di 12%-13%. Menurut rencana, penambahan modal akan melalui  penerbitan obligasi subordinasi (subdebt) atau penambahan modal dari pemegang saham. Rencana ini akan masuk RBB tahun 2014.

Thilagavathy Nadason, Direktur Keuangan BII, mengatakan penambahan modal dari pasar modal tergantung keadaan ekonomi, tingkat suku bunga dan pertumbuhan kredit. "Kalau kredit sesuai prediksi, kami akan menerbitkan subdebt.  Kalau ekonomi bagus, kami  minta pemegang saham," kata Thila.

Ia belum bisa memastikan target dana. Yang jelas, BII akan menerbitkan subdebt baru, bukan kelanjutan subdebt yang terbit 2012 lalu.

Sementara, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Central Asia (BCA) tidak memiliki rencana penerbitan obligasi lantaran likuiditas mereka masih cukup. "Global bond awal tahun ini sudah cukup," kata Sofyan Basir, Direktur Utama BRI.                                

Sementara, Bank Maspion Indonesia juga berencana memperkuat permodalan sebagai bekal ekspansi bisnis di tahun 2014. Alih-alih meraup modal dari bursa, pemilik Grup Maspion Alim Markus akan menyuntikkan tambahan modal sebesar Rp 1 triliun ke Bank Maspion pada tahun depan.

Alim mengatakan, Bank Maspion harus menerima suntikan modal supaya naik kelas menjadi bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU) 2. Mengutip laporan keuangan per September 2013, modal inti Bank Maspion sebesar Rp 593 miliar dengan  rasio kecukupan modal sebesar 21,26%. Direktur Utama Bank Maspion Herman Halim, mengatakan tengah mengkaji rencana bisnis kredit dan dana pihak ketiga (DPK) pada tahun 2014.                         n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×