Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Likuiditas valuta asing (valas) di bank masih ketat. Ketersediaan valas yang pas-pasan itu terlihat dari rasio kredit terhadap dana masyarakat alias loan to deposit ratio (LDR) yang masih cukup tinggi. Rata-rata LDR industri sekarang berkisar 78%.
Di saat pasar global masih sakit, LDR sebesar itu dinilai masih belum aman benar. "Bank masih harus hati-hati karena pasokan valas sangat tipis," ujar Juniman, Kepala Riset Ekonomi di Bank International Indonesia (BII) Tbk, kemarin (26/2).
Pasokan valas yang tersendat terlihat dari pergerakan LDR rata-rata yang sangat lambat. Pada pertengahan tahun 2008, LDR valas berkisar 85%. Di akhir kuartal ketiga tahun 2008, LDR hanya turun sedikit ke kisaran 80%.
Para bankir sudah melakukan berbagai cara menurunkan LDR valas. Semisal, PT Bank Mandiri Tbk. yang meminta debitur melakukan konversi utang valas ke rupiah. Pengelola Mandiri mengaku, konversi berhasil menekan LDR valas mereka dari 111% di akhir kuartal ketiga 2008 menjadi 80% di akhir 2008. Bank Mandiri menargetkan LDR valas di tahun ini paling tinggi 80%.
Sementara PT Bank BNI Tbk. berupaya menjaga LDR valas dengan menambah pasokan dolar. BNI sudah menjalin perjanjian swap dengan sejumlah bank asing, seperti Standard Chartered Bank. "Sekarang LDR valas kami berkisar 70%," ujar Bien Subiantoro, Direktur Treasury dan Internasional Bank BNI.
Cara konservatif yaitu mengerem penyaluran kredit dilakukan PT Bank Mega Tbk. "Kami akan menjaga LDR Bank Mega tak lebih dari 60%," ujar Kostaman Thayib, Direktur Konsumer dan Ritel Bank Mega.
PT Bank UOB Buana Tbk. juga termasuk yang menempuh strategi mengerem penyaluran kredit valas. Saat ini, LDR valas Bank UOB Buana hanya 28%. Rinciannya, DPK Rp 2,5 triliun dan kredit Rp 700 miliar. UOB Buana mengambil sikap ekstra hati-hati karena saat ini sulit mencari pinjaman valas. "Jangankan memberi pinjaman valas, meminjamkan dalam rupiah saja bank bakal berpikir panjang," ujar Safrullah Hadi, Direktur Bisnis UOB Buana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News