kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Simpanan Kelas Menengah Bawah Mulai Naik, Pertanda Apa?


Selasa, 06 Mei 2025 / 19:22 WIB
Simpanan Kelas Menengah Bawah Mulai Naik, Pertanda Apa?
ILUSTRASI. Di tengah ekonomi yang belum begitu baik, secara mengejutkan bahwa simpanan kelas menengah bawah justru mengalami peningkatan. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ekonomi yang belum begitu baik, secara mengejutkan bahwa simpanan kelas menengah bawah justru mengalami peningkatan. Dalam hal ini, simpanan nasabah dengan tier nominal paling rendah tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan tier nominal lainnya.

Mengutip data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), simpanan nasabah dengan nominal di bawah Rp 100 juta tumbuh hingga 6,8% secara tahunan alias year on year (YoY) per Maret 2025. Di periode yang sama, jika dilihat secara bulanan, pertumbuhannya sekitar 5%.

Adapun, pertumbuhan untuk simpanan nasabah di tier tersebut merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan tiga bulan terakhir. Bahkan, per Januari 2025, simpanan di bawah Rp 100 juta malah turun 2,6% secara bulanan.

Baca Juga: DPK Valas Perbankan per Maret 2025 Tumbuh Pasca Kebijakan DHE SDA Mulai Berlaku

Kondisi tersebut pun rupanya juga terjadi di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

SVP Retail Deposit Product and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati bilang segmen tabungan nasabah dengan saldo hingga Rp 50 juta tumbuh sekitar 9% YoY hingga akhir Maret 2025.

Menurutnya, hal ini mencerminkan kepercayaan nasabah ritel terhadap layanan perbankan Bank Mandiri serta keberhasilan strategi akuisisi dan retensi dana murah di segmen prioritas.  Pertumbuhan ini sejalan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri, yakni sebesar sekitar 12% secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Bank Mandiri optimistis tren positif ini akan terus berlanjut sepanjang 2025, sejalan dengan komitmen perusahaan dalam memperkuat sumber pendanaan berbasis dana murah,” ujarnya.

Sementara itu, Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Ramon Armando menyebutkan posisi per Maret 2025, tabungan ritel mulai menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,6% dibandingkan dengan posisi Desember 2024.

Namun, ia mengindikasikan bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang bakal bertahan lama. Sebab, Ramon melihat pertumbuhan tabungan masih fluktuatif di mana tabungan di bulan April sempat mengalami penurunan bertepatan dengan hari raya Idul Fitri dan kembali menunjukkan kenaikan di awal Mei. 

“Tren pertumbuhan tabungan ritel diharapkan terus menunjukkan peningkatan,” ujar Ramon.

Sependapat, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Hosianna Evalita Situmorang bilang bahwa pertumbuhan ini bukanlah tren jangka panjang. Pasalnya, pada periode-periode tersebut ada pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) maupun bonus. Alhasil, ini membuat simpanan nasabah mengalami kenaikan yang berbeda dengan kondisi ekonomi sekarang.

Baca Juga: DPK Valas Perbankan Tetap Tumbuh di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

“Ada kombinasi antara high cash outflow dan psikologi konsumsi musiman,” ujarnya.

Bahkan, ia melihat pasca Lebaran di April dan Mei, tabungan masyarakat akan langsung tersedot untuk konsumsi besar sepanjang periode tahunan ini. Di mana, kelas menengah bawah cenderung tidak punya fleksibilitas tabungan jangka panjang, sehingga siklusnya pendek.

“Ditambah real wages stagnan atau menurun, serta harga barang (terutama pangan) masih tinggi, akhirnya saving capability drop,” ujar Hosiana.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede melihat meningkatnya tabungan kelompok menengah bawah mencerminkan kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, bukan semata karena peningkatan pendapatan. 

Dalam hal ini, konsumen cenderung menahan belanja, terutama untuk barang tahan lama, dan mengalihkan surplus penghasilan, terutama dari THR atau tunjangan musiman, ke tabungan sebagai bentuk proteksi terhadap ketidakpastian ke depan. 

Baca Juga: Laju Pertumbuhan DPK BPR Melambat, Begini Strategi Jitu Bank Perekonomian Rakyat

Meski demikian, Ia menegaskan bahwa perlu dicatat tren menabung ini bisa bersifat sementara. Bila tekanan inflasi meningkat atau penghasilan riil masyarakat kembali tergerus, masyarakat berpendapatan menengah ke bawah berpotensi menarik kembali simpanannya untuk konsumsi rutin.

“Oleh karena itu, untuk mendorong keberlanjutan pemulihan daya beli dan menjaga momentum menabung secara sehat, perlu strategi afirmatif dari pemerintah, seperti: perluasan bansos bersyarat dengan target produktif, misalnya untuk pendidikan dan kesehatan,” ujar Josua.

Selanjutnya: Upaya Industri Pelayaran Bidik Target Net Zero Emission pada 2060

Menarik Dibaca: 4 Varian Micellar Water Wardah Sesuai Jenis Kulit untuk Hapus Makeup dan Kotoran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×