Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .
Pun Radhika sepakat sektor industri pengolahan jadi salah satu penopang, mengingat mulai bangkitnya permintaan barang elektronik, dan semi konduktor dari Cina yang berdampak terhadap produksi di negara Asean, termasuk Indonesia.
Sementara Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menyatakan meningginya kebutuhan pendanaan korpoasi tak akan serta merta mengerek pertumbuhan kredit perbankan tanah air. “Kalau perusahaan butuh pendanaan, tidak berarti bank akan beri kredit. Karena mereka juga mesti menyinkronkan kebutuhan dan kondisi industrinya sekaligus aspek prudensial dari perbankannya,” ungkapnya kepada KONTAN.
Kembali merujuk paparan Bank Indonesia, pendanaan dari perbankan memang belum jadi prioritas menopang kebutuhan, korporasi utamanya akan mengandalkan kas perusahaan dari laba ditahan.
Baca Juga: Fintech dan e-commerce berkolaborasi mendorong pembiayaan di masa pandemi
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja pun mengatakan hal senada. menurutnya pertumbuhan kredit juga tak akan terkerek tinggi meski kebutuhan meningkat. Alasannya, penggunaan dana juga akan digunakan membayar utang-utang perusahaan.
“Permintaan baru ada, namun yang mengembalikan dana ke bank juga banyak. Karena saat perusahaan dapat uang dari bank mereka mesti bayar utang juga untuk mengurangi beban bunganya,” jelas Jahja.
Adapun buat menyalurkan kredit anyar kepada korporasi Jahja juga bilang bakal tetap disalurkan dengan hati-hati sekaligus selektif memilih debitur guna menjaga kualitas portofolio perseroan.
Maklum, meski segmen korporasi tumbuh 8,89% (ytd) menjadi Rp 257,93 triliun sekaligus menopang pertumbuhan portofolio kredit BCA, segmen korporasi juga tercatat mengalami pemburukan kualitas kredit paling tinggi.
Baca Juga: Hingga September, fintech Alami salurkan pembiayaan syariah lebih dari Rp 200 miliar
Akhir tahun lalu, dari total non performing loan BCA senilai Rp 8,0 triliun, kredit korporasi menyumbang 19,8% atau setara Rp 1,58 triliun. Sementara pada Juni 2020 dengan NPL senilai Rp 12,5 triliun, kredit korporasi berkontribusi terhadap 29,4% atau setara Rp 3,73 triliun, nilai tersebut meningkat hingga 132% (ytd), dan menjadi yang tertinggi dibandingkan segmen kredit perseroan lainnya.
Selanjutnya: Pefindo Biro Kredit: Gara-gara corona, profil risiko dan NPL lembaga keuangan naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News