kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.402   2,00   0,01%
  • IDX 6.646   113,79   1,74%
  • KOMPAS100 990   21,69   2,24%
  • LQ45 776   14,22   1,87%
  • ISSI 203   3,92   1,97%
  • IDX30 401   6,72   1,70%
  • IDXHIDIV20 483   8,87   1,87%
  • IDX80 112   2,06   1,87%
  • IDXV30 117   1,19   1,03%
  • IDXQ30 133   2,24   1,72%

Perbankan Mengkaji & Tunggu Aturan BI yang Menambah Insentif Likuiditas Rp 80 Triliun


Rabu, 12 Februari 2025 / 19:52 WIB
Perbankan Mengkaji & Tunggu Aturan BI yang Menambah Insentif Likuiditas Rp 80 Triliun
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (24/1/2025). Berdasarkan hasil rapat tersebut, KSSK menyatakan bahwa stabilitas sistem Keuangan RI masih terjaga selama kuartal IV-2024 di tengah divergensi pertumbuhan ekonomi dunia dan ketidakpastian pasar keuangan global. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank tanah air menyambut baik terkait dan menunggu aturan pelaksanaan terkait dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menambah Insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp 80 triliun secara bertahap, untuk mendukung pembiayaan 3 juta rumah yang menjadi salah satu program prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran.

Sebelumnya pada konfrensi pers Rabu (11/2) lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, penambahan insentif ini diberikan kepada perbankan yang aktif menyalurkan pembiayaan ke sektor perumahan. Perlu diketahui saat ini BI telah menyediakan insentif KLM sebesar Rp 23,19 triliun khusus untuk sektor perumahan, dan akan dinaikkan secara bertahap menjadi Rp 80 triliun.

Baca Juga: Dukung Pembiayaan 3 Juta Rumah, BI Tambah Insentif Likuiditas (GWM) Jadi Rp 80 T

“Kami berkeyakinan perumahan akan mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi dan membuka lapangan kerja. Kalau perumahan yang maju, tentu saja tidak hanya pertumbuhan ekonomi maju, tapi juga bisa mendorong dan menarik sektor-sektor yang lain," ungkap Perry.

Merespon kebijakan tersebut, sejumlah bankir mengaku penambahan insentif likuiditas oleh BI diharapkan dapat mendorong industry perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor property, termasuk perumahan. Namun bank masih perlu menunggu aturan resmi pelaksanaan tersebut untuk mengkaji kemampuan bank.

“Kita akan lihat ke depannya juklak (petunjuk pelaksanaan) dari BI akan seperti apa, setelah itu baru kita review untuk penguatan segmen KPR-nya,” ungkap Direktur Bisnis PT Bank J Trust Indonesia Tbk, Widjaja Hendra kepada Kontan, Rabu (12/2).

Lebih lanjut Widjaja menyampaikan, Bank J Trust sendiri masih memiliki likuiditas yang terjaga dengan baik untuk mendorong kredit ke segmen perumahan di tahun 2025. 

"Untuk segmen KPR masih tetap jalan, target KPR sekitar Rp 200 miliar," ungkapnya.

Sementara itu, PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga menyambut baik kebijakan tersebut selaras dengan program pemerintah dalam mendukung Pembiayaan 3 Juta Rumah. Bank Jatim sendiri telah memanfaatkan insentif tersebut dengan menggenjot penyaluran kredit pada sektor property pada tahun 2024 lalu.

Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman mengatakan, insentif tersebut mampu mendorong peningkatan kredit sebesar 27,25% secara tahunan (year on year/yoy) sampai November 2024.

Adapun pada sektor Properti, Bank Jatim telah menyalurkan kredit sebesar Rp 3,20 triliun pada November 2024 atau meningkat sebesar 27,25% YoY dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 2,52 triliun.

“Pertumbuhan ini akan terus berjalan seiring dengan kelonggaran GWM oleh Bank Indonesia. Kita tau bahwa kebijakan insentif BI berupa pemotongan setoran GWM perbankan yang turun menjadi 4% dari DPK diharapkan dapat mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit lebih gencar ke sektor prioritas,” ungkap Busrul

Baca Juga: BI Tambah Insentif GWM Bank Jadi Rp 80 Triliun untuk Dukung Pembiayaan 3 Juta Rumah 

Pada tahun 2025, Bank Jatim memastikan kecukupan likuiditas yang aman yakni sebesar 72,42% untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit tahun ini. Untuk segmen penyaluran KPR FLPP dan Tapera di Tahun 2025 Bank Jatim mendapatkan kuota sekitar Rp 229 miliar sehingga cukup untuk mendukung peningkatan kredit sektor property dan mendukung pembiayaan 3 Juta Rumah.

“Target Bank Jatim untuk sektor property di tahun 2025 ini yaitu sebesar Rp 500 – 600 Milyar atau tumbuh di kisaran 20% YoY,” ungkap Busrul.

Sementara itu PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebagai bank swasta terbesar, BCA memiliki likuiditas yang cukup untuk mendukung pertumbuhan kredit ke sektor perumahan.

EVP Consumer Loan BCA, Welly Yandoko mengatakan, pihaknya senantiasa mencermati berbagai kebijakan yang ada dan tetap menerapkan manajemen risiko yang disiplin dalam menyalurkan kredit secara pruden.

“Sehingga kami juga akan melakukan penyaluran kredit dengan risk appetite yang sesuai dengan kapasitas yang dimiliki Perusahaan,” ungkap Welly kepada Kontan, Rabu (12/2).

Welly menyebut, sampai dengan akhir tahun 2024 tingkat loan to deposit rasio (LDR) BCA tercatat sebesar 78,4%. Dengan kondisi likuiditas ini, BCA menargetkan segmen KPR tumbuh moderat di kisaran 5-6% yoy di tahun 2025.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Bank Diyakini Tetap Melaju Kencang Meski Suku Bunga Masih Tinggi

Selanjutnya: Pertamina Memperoleh Tawaran Kelola Blok Migas di Suriname

Menarik Dibaca: 8 Masalah Kulit yang Disebabkan oleh Diabetes, Salah Satunya Vitiligo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×