kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perbankan meracik strategi untuk memacu kredit ekspor-impor di tengah perang dagang


Jumat, 23 Agustus 2019 / 16:02 WIB
Perbankan meracik strategi untuk memacu kredit ekspor-impor di tengah perang dagang
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di Bank Negara Indonesia (BNI)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antar Amerika Serikat (AS) dan China jadi tantangan perbankan dalam negeri dalam menyalurkan kredit ekspor impor. Maklum kedua negara itu merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia.

Kendati begitu, bank akan tetap menyiapkan strategi guna bisa memacu kredit di segmen ini. PT Bank Negara Indonesia Tbk misalnya memilih untuk semakin aktif melakukan pendampingan pada eksportir di Indonesia.

Baca Juga: Dompet elektronik asing menyerbu Tanah Air

Di samping itu, BNI juga akan semakin mengaktifkan kantor cabangnya di luar negeri seperti di Singapora, Hongkong, Tokyo, Seoul, London, New York melakukan pembiayaan trade finance ke perusahaan di luar negeri.

Dengan begitu, Direktur Tresudri dan Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo menyakini, kredit ekspor impor perseroan masih akan tumbuh dengan baik. "Kami tetap menargetkan pertumbuhan 36,5% sampai akhir tahun," ujarnya pada Kontan.co.id, Rabu (21/8).

Hingga akhir Juli 2019, berkode saham BBNI (anggota indeks Kompas100) ini mencatatkan penyaluran kredit ekspor impor tumbuh 40,6% yeear on year (yoy). Mayoritas kredit mengalir ke perusahaan trading dan manufaktur yang berorientasi ekspor.

Baca Juga: Bank-bank besar semakin aktif menyalurkan kredit lewat skema sindikasi

Sedangkan Bank mandiri hanya mencatatkan pertumbuhan satu digit hingga Juli yakni 9,4% yang ditopang oleh peningkatan volume impor sebesar 28,2%.Sedangkan pertumbuhan volume ekspor masih tercatat stagnan.

Menurut Rohan Hapas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, perang dagang terutama akan berdampak pada ekspor di sektor berbasis komoditas, alat berat dan otomotif.

Walaupun begitu, Bank Mandiri tetap mencoba mendorong agar kredit ekspor impor tumbuh. Strateginya, memberikan solusi dana layanan ekspor impor kepada nasabah yang memiliki jalur penjualan dan pembelian di luar negeri.

"Itu akan dilakukan lewat kerjasama dengan Bank Mandiri Cabang Kantor Luar Negeri terutama perusahaan sektor perkebunan dan pertambangan, serta memperbanyak hubungan kerjasama antar bank dengan Global Bank dan dengan perusahaan asuransi," kata Rohan.

Baca Juga: Suku bunga acuan BI turun lagi, begini analisis Bahana Sekuritas

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100) juga akan terus berupaya mendorong pembiayaan di sektor ini di tengah perang dagang. Caranya dengan terus menggali kebutuhan nasabah akan layanan ekspor-impor.

"Hubungan dengan bank-bank koresponden senantiasa dibangun untuk mendukung layanan perbankan yang berhubungan dengan negara-negara lain." kata Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan BCA.

Sebagai informasi, sampai dengan akhir semester I 2019, kredit ekspor impor BCA telah bertumbuh 25.2% menjadi Rp 7,9 triliun dibandingkan Rp 6,3 triliun di periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Dari nilai tersebut, kontribusi kredit dengan orientasi penggunaan ekspor mencapai hingga 75% dari total kredit ekspor-impor.

Baca Juga: Suku bunga BI turun lagi, begini pendapat bankir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×