kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Perbankan Proyeksikan Penyaluran Kredit ke Sektor Batubara Meningkat di 2024


Minggu, 11 Februari 2024 / 18:50 WIB
Perbankan Proyeksikan Penyaluran Kredit ke Sektor Batubara Meningkat di 2024
ILUSTRASI. Perbankan nasional memproyeksikan penyaluran kredit ke sektor pertambangan dan penggalian bakal meningkat di tahun 2024.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan nasional memproyeksikan penyaluran kredit ke sektor pertambangan dan penggalian bakal terus meningkat di tahun 2024. Hal ini sejalan pemerintah yang menaikkan target produksi batubara nasional tahun ini menjadi 710 juta ton, lebih tinggi dari target awal produksi batubara tahun 2023 yang sebanyak 694,50 juta ton.

Sejalan dengan itu, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit bank umum ke sektor pertambangan dan penggalian tahun lalu mencapai Rp276,58 triliun per November 2023, atau meningkat sekitar 16,83% secara tahunan year on year (YoY). 

Bank lokal tanah air menjadi sumber dana pembiayaan bagi sektor batubara, mengingat bank asing telah menutup pintu untuk mendanai sektor ini. Sejalan dengan itu bank milik pemerintah menjadi sumber dana terbesar yang mengalirkan kredit ke sektor ini dibandingkan dengan bank swasta tanah air.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya, dalam laporan analyst meeting 2023 mencatat sektor pertambangan dan batubara masuk dalam 10 industri terbesar yang berkontribusi terhadap pertumbuhan kredit korporasi Bank Mandiri tahun 2023, dengan komposisi kredit masing-masing sebesar 5,1% dan 3,4% dari total kredit yang disalurkan ke sektor industri pada 2023 lalu.

Baca Juga: Target Bauran EBT Turun, Kepercayaan Investor Bisa Ikut Berkurang

Dalam rincian kontribusinya ke segmen wholesale banking Bank Mandiri, peningkatan oustanding loan ke sektor manufaktur batubara sebesar Rp 7,7 triliun atau tumbuh 33% YoY. Sementara untuk peningkatan oustanding loan ke sektor penambangan logam sebesar Rp 7,1 triliun atau tumbuh 23% YoY.

Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Susana Indah Kris Indriati mengatakan, jika meninjau data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) dan target produksi batubara tahun ini, maka pihaknya menilai permintaan kredit bank dari sektor batubara bakal terus meningkat.

“Meninjau perkembangan industri batubara dari dua sisi, baik supply side maupun demand side. Jika melihat data Kementerian ESDM, ini menunjukkan bahwa masih adanya gairah positif dari suppy-side industri batubara,” kata Indah kepada Kontan.co.id.

Indah juga menyebut dari sisi permintaan, kebutuhan nasional akan batubara hampir satu per tiga dari total produksi atau sekitar 220 juta ton. Hal ini juga didukung oleh proyeksi peningkatan permintaan batubara oleh negara konsumen besar seperti China dan India untuk meningkatkan ketahanan energi mereka. 

Baca Juga: Investasi EBT pada 2023 Tak Capai Target, IESR Soroti Perbaikan Iklim Investasi

Alhasil, melihat permintaan yang tinggi dan juga proyeksi produksi Batubara yang meningkat akan berimplikasi terhadap peningkatan pembiayaan industri batubara di sektor riil.

“Secara optimistis, pada tahun 2024 penyaluran kredit Bank Mandiri khususnya segmen korporasi pada sektor ini akan meningkat,” kata Indah.

Indah mengatakan, target penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor batubara bakal tumbuh seiring dengan kenaikan permintaan kredit di segmen korporasi yang diproyeksikan di kisaran 11% sampai 12% YoY. Adapun jika melihat data historis penyaluran kredit korporasi Bank Mandiri pada industri batubara pada tahun 2023, Indah menyebut kredit dapat tumbuh hingga 17% YoY. 

Sejalan proyeksi pencapaian tersebut, Bank Mandiri juga akan mengimbangi dengan usaha untuk tetap berkontribusi bagi sustainable development growth dengan penyaluran green financing.

Baca Juga: Investasi Energi Hijau Masih Lesu, Ini Saham EBT yang Layak Dicermati

Sementara itu bank lainnya seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dalam laporannya mencatat porsi kredit ke sektor batubara hanya 3,8% dari total kredit BNI tahun 2023 lalu. Porsi kredit tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 3,2% dari total kredit BNI di 2022.

BNI secara konsolidasi menyalurkan kredit sebesar Rp 695 triliun sepanjang 2023, atau naik sekitar 7,6% YoY. Jika dihitung, porsi kredit yang disalurkan ke sektor batubara sekitar Rp 26,41 triliun pada tahun lalu.

Adapun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat porsi kredit ke sektor pertambangan sebesar 13,5% dari total kredit segmen korporasi di 2023. Porsi tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 6,9% di 2022.

BRI secara konsolidasi mencatat kredit yang disalurkan ke segmen korporasi pada 2023 mencapai Rp 26,2 triliun, atau tumbuh 14,5% YoY. Sementara itu oustanding loan BRI ke segmen korporasi sebesar Rp 206,8 triliun.

Baca Juga: Bank Mandiri, BCA dan BRI Optimistis Kredit Korporasi Tumbuh Positif Tahun Ini

Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebagai bank swasta terbesar di Indonesia terus berupaya memperkecil penyaluran kreditnya ke sektor batubara. 

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn merinci, komposisi kredit perseroan untuk sektor batu bara sangatlah kecil, yakni kurang dari 1% dari total kredit yang disalurkan BCA pada tahun 2023 lalu. Hera menyebut porsi tersebut tidak mengalami kenaikan yang berarti. 

Di sisi lain, BCA juga tidak serta merta menutup pendanaannya ke sektor batubara. Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung penyediaan pasokan listrik bagi masyarakat di seluruh pelosok Indonesia.

Meski begitu, Hera mengatakan, perseroan tetap konsisten mendukung segala kebijakan pemerintah pada berbagai sektor yang sesuai dengan kaidah perbankan serta ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan juga sebagai intermediasi keuangan untuk mendukung kedaulatan perekonomian nasional.

“Pada sektor-sektor yang berpotensi memiliki risiko LST tinggi seperti sektor batubara, BCA menerapkan kebijakan khusus yang diikuti integrasi Environment & Social Risk Assessment (ESRA) dalam proses penilaian risiko kredit,” kata Hera kepada Kontan belum lama ini.

Lebih lanjut, BCA tahun ini tidak memiliki target spesifik pada sektor batubara, justru BCA akan terus menerapkan sistem keuangan berkelanjutan BCA menargetkan pertumbuhan pada pembiayaan kegiatan usaha berkelanjutan sebesar 8% di tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×