Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan semakin gencar dalam menyalurkan kredit pembiayaan hijau (green financing) dalam beberapa tahun belakangan. Perbankan bahkan makin berani menyalurkan pembiayaan pada sektor ekonomi berkelanjutan.
PT Bank Mandiri Tbk misalnya, yang sampai posisi September 2022, telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sesuai dengan Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) dalam POJK 51/2017 sebesar Rp 221,1 triliun atau 24,4% dari total kredit atau meningkat 18,2% secara tahunan (YoY).
Ahmad Siddik Badruddin, Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri menyampaikan, Bank Mandiri secara konsisten berupaya mengintegrasikan aspek Environmental, Social & Governance (ESG) dan mendorong praktik Sustainable Banking dalam rangka mendukung transisi menuju Net Zero Emission dan tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs).
"Upaya tersebut salah satunya diwujudkan melalui dukungan Bank Mandiri terhadap pembiayaan berkelanjutan," kata Siddik kepada kontan.co.id, Jumat (9/12).
Siddik menjelaskan, pembiayaan berkelanjutan Bank Mandiri terdiri dari Pembiayaan Kategori Hijau sebesar Rp 101 triliun atau 11,1% dari total kredit (bank only), yang didominasi oleh kategori Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan (sektor Sawit & CPO yang tersertifikasi ISPO/RSPO) sebesar Rp 92,4 triliun; kategori Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar Rp 4,8 triliun dan kategori Transportasi Ramah Lingkungan sebesar Rp 2,8 triliun.
Adapun untuk Pembiayaan Kategori Sosial (UMKM) sebesar Rp 120 triliun atau 13.2% dari total kredit (bank only).
Baca Juga: Ditopang Green Financing, Kredit Berkelanjutan BRI Tembus Rp 671,1 Triliun
Ia menuturkan, pembiayaan berkelanjutan Bank Mandiri terus menunjukkan peningkatan, hal ini didasari oleh meningkatnya kesadaran terhadap aspek ESG dan Keberlanjutan baik oleh Pemerintah, pelaku industri maupun konsumen yang dapat menciptakan peluang pembiayaan hijau pada berbagai sektor.
"Hingga akhir tahun, Bank Mandiri berupaya menjaga Pembiayaan Berkelanjutan di kisaran 24% - 25% dari total kredit," ujar Siddik.
Dalam memacu kredit berkelanjutan, ke depannya, Bank Mandiri akan terus berupaya mengembangkan ekosistem pembiayaan berkelanjutan terutama pada sektor yang menjadi prioritas pemerintah seperti Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Selain itu Bank Mandiri juga melakukan pengembangan produk baik dari segmen wholesale dan ritel antara lain pengembangan Sustainability Linked-Loan & Transition Loan, serta meluncurkan produk Kredit Serbaguna Mikro dan Kartu Kredit khusus pembelian Solar Panel.
"Untuk mendukung hal tersebut, dari sisi pendanaan Bank Mandiri juga telah melakukan penerbitan Sustainability Bond dan ESG Repo yang hasil pendanaannya akan disalurkan untuk kegiatan usaha berkelanjutan," imbuhnya.
PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI juga mencatatkan kredit ESG hingga kuartal III-2022 mencapai sebesar Rp 671,1 triliun atau setara dengan 66,6% dari total kredit BRI. Angka ini tercatat tumbuh 11,5% YoY.
Baca Juga: Citi Kucurkan Fasilitas Pembiayaan Perangkat Digital Dasar Senilai Rp 275 Miliar
Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto menjelaskan, mayoritas kredit ESG BRI disalurkan kepada sektor UMKM, dengan penyaluran sebesar Rp 595 triliun. Secara keseluruhan, BRI telah memetakan terdapat dari 10 jenis kegiatan usaha berkelanjutan yang menjadi sasaran penyaluran kredit BRI.
Diantaranya adalah, kegiatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), energi terbarukan, pencegahan dan pengendalian polusi, serta pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berkelanjutan.
Selain itu juga terdapat usaha kegiatan konservasi keanekaragaman hayati darat dan air, transportasi ramah lingkungan, pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan, ecoefficient, bangunan berwawasan lingkungan, dan kegiatan usaha berwawasan lingkungan lainnya.
"BRI memprediksi tren sustainable finance ke depan akan terus meningkat, seiring semakin aware-nya masyarakat akan isu-isu lingkungan. BRI optimistis hingga akhir tahun pertumbuhan kredit ESG BRI dapat terjadi di kisaran double digit," ungkap Aes.
Sebagai first mover on sustainable banking di Indonesia, BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan pembiayaan kepada aktivitas bisnis yang berkelanjutan (sustainable business activities), termasuk di dalamnya green financing sebagai upaya memberikan value kepada seluruh stakeholders. BRI melihat potensi green financing di Indonesia masih sangat besar, mengingat saat ini masyarakat Indonesia kian sadar atas penerapan ESG.
Roadmap BRI sebagai first mover memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan tidak hanya untuk memenuhi regulasi (beyond compliance).
Komitmen tersebut disebut Aes, tertuang dalam Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan BRI yang antara lain dengan melakukan pendanaan berbasis green funding, melalui kerjasama dengan merchant untuk produk yang ramah lingkungan, dan meningkatkan perhatian investor atas implementasi keuangan berkelanjutan.
Perseroan juga akan terus melakukan mapping terhadap portofolio usaha berkelanjutan dan memberikan kredit kepada sektor usaha yang ramah lingkungan hidup. Selain itu, perseroan akan terus menjalankan kegiatan operasional dengan efisien, ramah dan tidak merusak lingkungan hidup.
"Saat ini di BRI juga sudah terdapat divisi khusus terkait ESG, hal ini menjadi bukti nyata komitmen BRI dalam implementasi ESG. Sebagai contoh, saat ini terdapat review kebijakan pemberian kredit segmen korporasi dengan menambahkan aspek penilaian ESG dan matriks risk assessment pada sektor palm oil dan manufaktur dalam laporan analisa pinjaman debitur," tutur Aes.
Oleh karenanya dalam penilaian tersebut, apabila debitur telah menerapkan praktik ESG akan menjadi nilai tambah dalam penilaian yang dilakukan oleh BRI.
Menurut Aes, Green Bond yang BRI terbitkan pada tahun ini merupakan bagian dari penerbitan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I dengan total target penerbitan sebesar Rp 15 triliun sampai dengan tahun 2024.
Untuk tahap I di tahun 2022 ini, BRI berhasil menghimpun dana sebesar Rp 5 triliun. Dana tersebut akan dipergunakan 70% untuk green financing sesuai POJK 60/2017 dan 30% sisanya untuk pembiayaan UMKM.
Sementara itu, pada posisi September 2022, total penyaluran kredit PT Bank Central Asia (BCA) ke sektor-sektor berkelanjutan tercatat mencapai Rp 172,7 triliun atau tumbuh 18,6% YoY, berkontribusi 25,1% terhadap total kredit BCA secara keseluruhan. Pertumbuhan pembiayaan ke sektor berkelanjutan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan total kredit BCA.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn menyatakan, pada saat ini, BCA melihat terbukanya peluang peningkatan pembiayaan hijau dengan semakin banyaknya dunia usaha yang mulai memperhatikan aspek lingkungan dalam melakukan bisnisnya, serta dukungan dari Pemerintah dan regulator.
"BCA mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan berperan aktif menyalurkan pembiayaan ke kegiatan usaha berkelanjutan sesuai pedoman POJK 51 tahun 2017 yang terdiri dari 11 sektor kategori dan UMKM," tutur Hera.
Dalam implementasi sustainable financing, BCA mendukung pembiayaan pada 12 kategori kegiatan usaha berkelanjutan antara lain sektor energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan SDA hayati dan lahan berkelanjutan, transportasi ramah lingkungan, pengelolaan air dan air limbah berkelanjutan, produk eco-efficient, bangunan hijau, serta UMKM.
Baca Juga: Indonesia Eximbank Dorong Penguatan Ekspor Lewat Desa Devisa Klaster Udang
BCA juga berpartisipasi aktif dalam program Taksonomi Hijau Indonesia (THI) dengan mengklasifikasikan kegiatan bisnis debitur sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. BCA memandang upaya ini sebagai langkah yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang menyelaraskan lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Sinergi dan kolaborasi dukungan dari perbankan, debitur, pemerintah, dan regulator sangat berpengaruh terhadap percepatan pencapaian tujuan implementasi THI.
Ke depan, kata Hera prospek kredit berkelanjutan BCA cukup baik dan masih banyak peluang pembiayaan ke sektor-sektor berkelanjutan.
"Tidak ada sektor khusus yang dibidik, BCA membuka kesempatan untuk pembiayaan ke seluruh sektor berkelanjutan," tambah Hera.
Hera juga mengatakan, dalam menyalurkan kredit, BCA selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya, termasuk dalam memberikan pembiayaan pada sektor hijau. BCA akan terus meningkatkan kapabilitas pembiayaan hijau, baik dari segi relationships maupun risiko kredit, untuk bidang bidang pembiayaan tersebut.
"Kami juga terus berkomunikasi dan mengedukasi debitur terkait pembiayaan berorientasi green financing, antara lain melalui webinar atau sharing session yang kami lakukan bersama setiap tahun," tandas Hera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News