Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kartu kredit perbankan nampaknya masih akan kinclong sampai akhir tahun. Sebabnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai transaksi kartu kredit, debit dan uang elektronik setidaknya mengalami pertumbuhan sebesar 11,94% pada kuartal III-2018. Hal ini menunjukkan minat masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai semakin gencar terutama dari sisi kartu kredit.
Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id sepakat pertumbuhan kartu kredit masih akan positif, bahkan hingga di tahun depan walau akan ada pemilihan presiden (Pilpres).
Salah satu pemain kartu kredit terbesar di Tanah Air yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjelaskan, potensi pertumbuhan kartu kredit sudah terlihat sejak kuartal III-2018.
Direktur BCA Santoso Liem menjelaskan, dari sisi transaksinya saja atau sale volume. Kartu kredit BCA setidaknya sudah naik sebesar 13% secara year on year (yoy) per September 2018.
Menurut Santoso, bila dibandingkan dengan seluruh jumlah transaksi kartu kredit secara industri yang hanya sebesar 3%, BCA mencatat pertumbuhan cukup tinggi. Bank swasta terbesar di Indonesia ini juga menilai bisnis kartu kredit masih akan tetap tumbuh paling tidak sebanding dengan realisasi pada tahun 2018.
"Memang di atas industri pertumbuhannya (BCA), tahun depan saya pikir tidak beda jauh dengan tahun ini, walaupun ada tahun politik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/11).
Adapun, kinerja kartu kredit BCA sampai dengan Kuartal III-2018 lalu tercatat sudah tumbuh dua digit yakni mencapai 10,9% secara yoy dari Rp 10,96 triliun menjadi Rp 12,15 triliun.
Berdasarkan kualitas kredit, rasio non performing loan (NPL) kartu kredit BCA masih terbilang stabil di level 2% dari tahun sebelumnya 2,1%.
Santoso menjelaskan, mayoritas penggunaan kartu kredit BCA antara lain untuk perbelanjaan alias keperluan ritel.
Mengingat pengeluaran konsumsi masyarakat dalam tiga bulan terakhir (Juni-September 2018) masih tumbuh 5,01% menurut BPS, Santoso optimistis di sisa 2018 ini setidaknya BCA dapat menjaga pertumbuhan bisnis kartu kredit stabil dengan pencapaian di kuartal III 2018.
Apalagi, menjelang akhir tahun bank rutin mengeluarkan promosi-promosi untuk mendorong transaksi kartu kredit. Santoso menjelaskan, biasanya promosi tersebut dilakukan berbarengan dengan momen libur natal dan tahun baru. Dus, dengan cara ini diharapkan kebutuhan nasabah dapat terpenuhi.
"Kalau akhir tahun ini (BCA) tidak terlalu beda jauh, mungkin industri yang diharapkan untuk naik," ungkapnya.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga meyakini gesekan kartu kredit masih akan kencang di tahun depan.
Sebabnya, Direktur Konsumer BRI Handayani menilai sampai dengan kuartal III-2018 saja akuisisi kartu kredit baru oleh BRI sudah mengalami peningkatan 21% secara yoy. BRI juga sudah punya target pasar sendiri, yakni usia yang lebih muda.
Bukan tanpa alasan, menurut Hanny sapaan akrab Handayani, kontribusi nasabah kartu kredit berusia di bawah 35 tahun setidaknya menyumbang 55% lebih transaksi kartu kredit di BRI. Selain nasabah yang terbilang muda, bank bersandi emiten bursa BBRI ini juga menyasar nasabah dengan pendapatan di atas Rp 10 juta untuk diakuisisi. "Pendapatan yang lebih baik atau di atas Rp 10 juta, kontribusinya 52% (terhadap trasaksi kartu kredit)," ujar Hanny.
Melihat pencapaian tersebut, bank nomor wahid di Indonesia ini bahkan meyakni tahun depan bisnis kartu kredit BRI mampu tumbuh di atas 30%. Tentunya dengan tetap fokus ke target market anak muda dengan struktur pendapatan yang tinggi sebagai basis nasabah ke depan.
Lebih lanjut, pihaknya menuturkan saat ini BRI tengah mengembangkan ekosistem pembayaran berbasis elektronik sebagai cara menggaet nasabah baru. "Salah satu alat pembayaran adalah kartu kredit, dengan memanfaatkan transaksi supply chain dan corporate client dan nasabah UMKM di BRI yang telah cukup kuat baik secara compliance dan basis nasabah," tuturnya.
Adapun, BRI membeberkan mayoritas penggunaan kartu kredit BRI berasal dari sektor travel dan leisue (perjalanan dan rekreasi) yang mendominasi porsi sebesar 32%. Tak hanya itu, transaksi kartu kredit secara online juga tak kalah pesat yakni meningkat 109% secara yoy.
"Hal ini sejalan dengan tren masyarakat yang mulai bergeser untuk mengkonsumsi leisure-nomic secara digital. BRI akan terus mengembangkan produk dan layanan untuk market leisurenomic," ujarnya.
Sebagai informasi saja, sampai dengan akhir September 2018 lalu Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah kartu kredit beredar saat iin sudah mencapai 17,22 juta kartu. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, jumlah tersebut setidaknya sudah bertambah 319 ribu kartu.
Sementara dari sisi volume transaksi, BI mencatat sampai September 2018 transaksi kartu kredit sudah terdata sebanyak 26,27 juta transaksi. Dengan nominal transaksi menembus Rp 24,38 triliun.
Realisasi tersebut naik dari posisi pada September 2017 lalu yakni volume transaksi kartu kredit sebesar 25,95 juta dengan nominal transaksinya sebesar Rp 23,7 triliun.
Meski begitu, secara persentase jumlah transaksi kartu kredit terbilang tipis yaitu hanya tumbuh 1,23% dari sisi volume transaksi dan 2,86% yoy untuk nominal transaksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News