Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menghadapi persaingan di era digital, sejumlah bank besar memoles kinerja anak usaha di sektor bank digital. Berbagai langkah mereka persiapkan untuk memperkuat bisnis anak usaha.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), misalnya, mempersiapkan transformasi PT Bank Raya Indonesia Tbk menjadi The Best Digital Bank by Becoming House of Fintech & Home for Gig Economy.
Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto mengungkapkan, bahwa Bank Raya akan membangun model bisnis digital dengan produk digital, digital underwriting engine serta didukung kerja sama dengan fintech.
"Selain itu, Bank Raya akan melakukan proses bisnis secara digital dan didukung dengan keberadaan cabang - cabang komunitas. Hal tersebut merupakan bagian dari upaya BRI untuk mentransformasikan Bank Raya sebagai Digital Attacker Bank," kata Aestika, Jumat (5/2).
Baca Juga: BI Dorong Kemandirian Ekonomi Pesantren
Akibat transformasi Bank Raya menjadi bank digital, laba konsolidasi BRI Group ikut tergerus. Tercatat laba konsolidasi BRI mencapai Rp 30,75 triliun, atau lebih rendah dari capaian laba BRI (bank only) sebesar Rp 32,21 triliun pada 2021.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) rela keluarkan kocek besar untuk kembangkan bank digital hingga siap untuk IPO. Salah satunya dengan menggelontorkan dana Rp 2,7 triliun untuk memperkuat permodalan PT Bank BCA Digital pada 2021.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya siap gelontorkan dana bagi anak usaha yang membutuhkan karena pendanaan BCA masih likuid. "Kami siap saja (memberikan dana). Asal, menguntungkan, menghasilkan dan bagus," jelas Jahja.
BCA Digital hadir dengan konsep full digital tanpa kantor cabang namun terintegrasi dengan ekosistem digital. Misalnya saja, aplikasi milik BCA Digital, Blu terintegrasi dengan aplikasi Blibli dan aplikasi Telkomsel redi.
Baca Juga: AgenBRILink Himpun Dana Murah Rp 19,38 Triliun pada Tahun Lalu
Selain terintegrasi, Bank BCA Digital juga sudah menyalurkan kredit sejak kuartal IV 2021. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BCA Digital telah menyalurkan kredit Rp 1,06 triliun pada akhir 2021.
Tak puas sampai situ, bank yang sebelumnya bernama Bank Royal ini tengah menyiapkan fitur kredit terbaru pada aplikasi Blu yang akan diluncurkan pada akhir 2022. Untuk memperluas jangkauan kredit, BCA digital akan menggandeng multifinance dan fintech lending.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) bakal menyulap Bank Mayora menjadi bank digital yang akan difokuskan menyasar segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Nantinya, BNI akan akan menggandeng perusahaan teknologi Sea Group untuk mengembangkan bank digital. Kolaborasi keduanya segera terlaksana setelah BNI efektif mengakuisisi 63,92% saham Bank Mayora yang ditargetkan pada Mei 2022.
Direktur IT & Operasi Bank BNI YB Hariantono membenarkan, adanya skema kolaborasi dengan Sea Group berbentuk partner ownership. Sebab, perusahaan teknologi ini juga akan menjadi pemegang saham bank digital milik BNI.
Baca Juga: BRI Salurkan Kredit Ultra Mikro Dengan Plafon hingga Rp 10 juta Lewat AgenBRILink
"Secara teknis (kolaborasi ini) memang akan dilakukan secara bertahap karena kita BUMN. Ada tahap - tahap yang mesti dijalankan dulu," kata Hariantono.
Di sisi lain, ia juga mengungkapkan alasan bank digital milik BNI menyasar pasar UMKM. Hariantono melihat bank - bank digital saat ini lebih banyak menyasar segmen konsumer.
Berbeda dari yang lain, BNI lebih memilih menyasar segmen produktif karena potensi UMKM di Indonesia sangat besar. Melalui strategi itu, perusahaan akan mendigitalisasi bisnis UMKM supaya terhubung dengan ekosistem BNI.
Adapun skema akuisisi Bank Mayora melalui pembelian saham International Finance Corporation (IFC) dan mengambil alih saham baru yang akan diterbitkan Bank Mayora sebanyak 1.029.151.550 atau mewakili 54,9% dari saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.
Setelah akuisisi rampung, BNI akan mengenggam sekitar 1,19 miliar saham Bank Mayora, mewakili 63,92% dari total saham yang ditempatkan dan disetor dalam Bank Mayora. Sementara saham Mayora Inti Utama tersisa 36,08%.
Baca Juga: Transfer Antar Bank Hanya Rp 2.500, Ini Daftar 21 Bank Terapkan BI-FAST
YB tidak bersedia menyebutkan nilai akuisisi tersebut karena masih menunggu perjanjian penandatangan jual beli bersyarat (CSPA). Namun, Handiman Soetoyo, analis Mirrae Asset Sekiritas Indonesia dalam risetnya menyebutkan nilai akuisisi ini mencapai Rp 3,5 triliun.
"Kami telah menghubungi BNI untuk dapat gambaran lebih banyak terkait akuisisi ini. BNI mengatakan secara total, akan membayar Rp 3,5 triliun untuk mendanai akuisisi tersebut," tulisnya dalam riset tanggal 24 Januari 2022.
Jika dirinci Rp 500 miliar untuk mengakuisisi saham IFC dan Rp 3 triliun untuk menyerap seluruh saham baru yang akan diterbitkan Bank Mayora. Menurut Handiman, nilai akuisisi ini akan menyiratkan price to book value 2x.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News