Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berupaya memperkuat kapasitas dalam penanganan industri perbankan agar semakin efektif. Salah satu upaya yang LPS lakukan dengan menggerek aset dengan target lebih dari Rp 200 triliun hingga akhir 2023.
Adapun hingga 28 Februari 2023, total aset LPS mencapai Rp196,68 triliun. Posisi tersebut merepresentasikan kenaikan 5,32% year to date (YTD) dibandingkan posisi akhir tahun lalu 31 Desember 2022. Sedangkan secara year on year (YoY), mengalami kenaikan 15,07% (YoY) dibandingkan posisi tanggal yang sama tahun lalu 28 Februari 2022.
“Masyarakat harus tetap tenang terkait simpanannya, sebab aset LPS sekarang sebesar 196 triliun lebih, jadi jangan takut menabung, karena dana LPS sangat cukup untuk menjamin simpanan masyarakat,” ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa belum lama ini.
Hal itu tak terlepas dari guncangan yang terjadi di perbankan Amerika Serikat (AS) yang ikut memberikan dampak bagi perbankan di Eropa. Lantaran bank-bank global tersebut memiliki persoalan terkait likuiditas yang tersendat dan persoalan gagal bayar.
Baca Juga: Naik 13,8%, Krom Bank (BBSI) Catatkan Laba Rp 74,81 Miliar pada Tahun 2022
Menyikapi hal tersebut, Purbaya mengatakan, agar masyarakat khususnya para pelaku industri di Indonesia untuk tidak terlalu mencemaskan dinamika tersebut. Ia menekankan pelaku industri sebetulnya tidak perlu terlalu cemas karena kondisi perekonomian Indonesia cukup resilien terhadap gejolak eksternal.
"Karena sebagian besar ekonomi kita didorong oleh konsumsi domestik. Namun demikian tetap perlu waspada terhadap berbagai ketidakpastian dengan senantiasa menjaga permodalannya pada level tebal,” ujarnya.
Purbaya lantas menghimbau kepada pelaku industri, agar dapat melihat berbagai sektor yang sekarang memiliki peluang besar supaya dana dari perbankan dapat tersalurkan. Kemudian lanjutnya, terkait dengan likuiditas meskipun saat ini secara keseluruhan industri perbankan memiliki likuiditas yang sangat ample, namun diversifikasi instrumen keuangan tetap harus dilakukan supaya ketersediaan dana selalu mencukupi.
Diketahui saat ini, industri perbankan nasional masih dalam kondisi yang stabil. Pun secara nasional, NPL perbankan berada di posisi yang sehat yaitu 2,59% per Januari 2023. Selain itu level permodalan perbankan juga sangat tebal, berada di angka 25,93% per Januari 2023.
Lalu, kondisi likuiditas perbankan saat ini dalam keadaan yang sangat memadai. Alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) dan per Januari 2023 masing-masing sebesar 129,64% dan 29,13%. Nilai ini sekitar dua setengah kali di atas threshold.
“Namun demikian, kita perlu tetap mewaspadai dampak tidak langsungnya dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan. Kemudian, Penting bagi bank untuk terus menjaga level likuiditasnya di batas aman untuk melayani kebutuhan penarikan dana nasabah, dan level permodalannya agar selalu dalam kondisi sehat,” jelasnya.
Baca Juga: BRI Catat Nilai Transaksi QRIS Capai Rp 1,5 triliun pada Februari 2023
Lebih jauh, Purbaya kembali menghimbau masyarakat agar tetap percaya kepada perbankan nasional dan jangan takut untuk memulai berinvestasi, oleh sebab meskipun ada potensi resesi di beberapa negara besar. Namun, di tengah berbagai tekanan global tersebut, Indonesia menurut estimasi tidak akan memasuki masa resesi.
Hal tersebut menurutnya, mengacu pada tahun 2022 lalu, dimana ekonomi Indonesia mampu tumbuh impresif sebesar 5,31%, dan sebagian besar ditopang oleh konsumsi domestik yang berkontribusi 52,81 % dari PDB Kuartal IV 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News