Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Dia juga tidak menampik, bahwa sebagai perbankan tentu arah pengembangan bisnis bakal masuk ke kredit. Hanya saja, Bank Jago belum merinci kapan layanan tersebut akan tersedia secara digital.
Beberapa perusahaan finansial pun nampaknya tidak mau ketinggalan momentum tersebut. Salah satunya PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) yang sempat disebut-sebut punya rencana kolaborasi dengan PT Visioner Internasional, pemilik dompet digital OVO.
Akhir bulan lalu, OVO santer diperbincangkan bakal menggeser sejumlah pejabatnya ke Bank Capital. Namun, Direktur Utama Bank Capital Wahyu Dwi Aji menyampaikan pihaknya tidak mengetahui adanya informasi tersebut.
Hal itu disematkan Wahyu dalam keterbukaan informasi kepada BEI (30/3) lalu. "Perseroan tidak mengetahui adanya informasi tersebut dan eksekutif dari PT Visionet Internasional tidak hijrah ke PT Bank Capital Indonesia Tbk," paparnya.
Gaung rencana ekspansi digital Bank Capital memang sudah terdengar sejak lama. Kontan mencatat dalam artikel yang dimuat (9/3) lalu, Bank Capital sempat dikabarkan akan dicaplok oleh perusahaan teknologi unicorn. Hanya saja, pihak perusahaan menepis pernyataan tersebut. "Berkenaan dengan itu (akuisisi oleh salah satu unicorn), saya pikir karena bersifat rahasia, kita tunggu tanggal mainnya saja,” kata Wahyu beberapa waktu lalu.
Baca Juga: BSI tawarkan promo pembiayaan otomotif bermargin 2,98% di ajang IIMS 2021
Yang jelas, Bank Capital menyatakan bakal melakukan transformasi dari bank tradisional menjadi bank digital. Perseroan bahkan menyatakan sejak 2020 lalu perusahaan telah menyetop dan menyelesaikan kredit.
Terlihat dari penurunan penyaluran kredit 34,05% yoy dari Rp 6,43 triliun menjadi Rp 9,75 triliun di 2020. Hal ini dilakukan lantaran bank menyasar sektor konsumtif pada tahun ini dengan pendekatan bisnis secara digital.
Agar bisa menjadi bank digital, bank dengan sandi saham BACA ini akan melakukan penguatan modal. Seiring untuk memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar bank memiliki modal inti minimum Rp 2 triliun di 2021 lalu paling sedikit Rp 3 triliun di 2022.
“Tambah modal sesuai arahan OJK akan dilakukan paling telat pada kuartal keempat 2021 dengan cara rights issue senilai Rp 2 triliun dan penerbitan obligasi subordinasi sebesar Rp 700 miliar. Sehingga target modal inti minimum 2022 bisa terpenuhi,” jelas Wahyu.
Baca Juga: IFG Life akan manfaatkan kanal bancassurance dari Bank BTN
Akan tetapi, Bank Capital dalam presentasi perusahaannya memang punya rencana transformasi digital di tahun ini. Namun, dalam bentuk persiapan metode pembayaran menggunakan QR Indonesian Standard (QRIS) dan transaksi non kartu (cardless).
Tidak cuma bank kecil saja, persaingan digital ini juga diperketat dengan kehadiran bank-bank raksasa di sektor digital. Sebut saja, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang akan memperkenalkan anak usaha yang menjalankan bisnis bank digital secara penuh melalui PT Bank BCA Digital.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bilang anak perusahaan ini memang disiapkan khusus menggarap segmen milenial yang terbilang digital savvy.
“Prioritasnya di sini pasarnya milenial yang akan menjadi nasabah digital bank ini. Pertama kita akan kembangkan di sisi funding (himpunan dana) dan payment (pembayaran) sebagai dasarnya. Lalu baru ke melakukan lending (kredit)," papar Jahja pekan lalu.