kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persaingan asuransi harta benda semakin ketat, perusahaan mulai garap produk lain


Selasa, 12 Maret 2019 / 19:34 WIB
Persaingan asuransi harta benda semakin ketat, perusahaan mulai garap produk lain


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi asuransi harta benda terhadap premi asuransi umum secara keseluruhan terus-menurun. Pada tahun 2016, porsi premi asuransi ini mencakup 31,29% dari premi total asuransi umum. Lalu, pada 2017 menurun menjadi 28,95% dan 2018 menjadi 27,24%.

Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Ahmad Sudiyar Dalimunthe, persaingan di lini bisnis asuransi harta benda memang sudah sangat ketat.

Memang, asuransi harta benda memiliki porsi paling besar dibanding lini bisnis asuransi yang lain. “Makanya beberapa perusahaan asuransi umum membuat beberapa inovasi produk baru,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (12/3).

Produk-produk tersebut tidak hanya mengcover perlindungan konvensional, melainkan menggabungkan beberapa risiko menjadi produk asuransi baru. Perusahaan asuransi juga mulai banyak menyasar segmen nasabah retail.

Hal tersebut terbukti dari peningkatan pada lini bisnis asuransi yang lain. Asuransi kredit misalnya, tumbuh 52,2% secara tahunan dari Rp 5,16 triliun pada 2017 menjadi Rp 7,86 triliun pada 2018. Kemudian, asuransi aneka tumbuh 25,1% year on year (yoy), dari Rp 2,66 triliun pada 2017 menjadi Rp 3,33 triliun. “Hal ini membuat porsi lini bisnis asuransi harta benda mengecil,” kata Dody.

Asuransi Jasindo mencatat, per 2018, premi asuransi harta bendanya turun 9,2% secara tahunan menjadi Rp 1,57 triliun.

Padahal, per 2017 premi asuransi harta benda Jasindo mencapai Rp 1,73 triliun. Dengan begitu, porsi premi harta benda Jasindo menurun dari 32% menjadi 28% terhadap premi keseluruhan per 2018 yang sebesar Rp 5,6 triliun.

Meskipun begitu, Direktur Teknik dan Luar Negeri Jasindo Ricky Tri Wahyudi mengatakan, asuransi harta benda masih menjadi penopang terbesar premi perusahaan ini.

Oleh karena itu, Ricky mengatakan, perusahaannya akan berekspansi dengan menyasar value chain dari para nasabahnya. “Kami bakal ekspansi ke anak-anak perusahaannya dan lebih ke value chain dari induk perusahaan dan anak-anaknya,” kata dia, Selasa (11/3).

Selain itu, Jasindo juga akan mengembangkan produk-produk yang berorientasi kepada nasabahnya dengan tidak hanya berfokus ke produk-produk konvesional.

“Kami punya upaya mengembangkan produk-produk dan pendekatan yang sesuai dengan klien kami yang mulai ada dari generasi millennial,” kata dia.

Asuransi Sinar Mas juga akan meningkatkan pelayanan bagi nasabah-nasabah retailnya. Direktur Asuransi Sinar Mas Dumasi M.M. Samosir mengatakan, nasabah retail menjadi penting karena jumlahnya mencapai jutaan.

Sementara, klien-klien di asuransi konvensional seperti asuransi harta benda masih didominasi oleh nasabah berbentuk perusahaan. "Kalau asuransi properti itu kan angkanya besar tapi kliennya sedikit. Nah makanya service kita ke retail," kata dia.

Sebagai informasi, Asuransi Sinar Mas mencatat, premi bruto tahun 2018 menembus Rp 7,4 triliun. Asuransi harta benda menyumbang Rp 2,63 triliun atau 35% dari total premi bruto perusahaan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×