kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Persaingan raksasa teknologi di bisnis keuangan digital bakal makin sengit


Jumat, 05 November 2021 / 18:26 WIB
Persaingan raksasa teknologi di bisnis keuangan digital bakal makin sengit
ILUSTRASI. Aplikasi blu dari BCA Digital.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan raksasa teknologi di industri bank digital bakal makin sengit. Setelah GoTo (Gojek-Tokopedia) punya PT Bank Jago Tbk, Sea Group hadir dengan Bank Seabank Indonesia,  kini Grup Emtek sebagai pemegang saham Grab Indonesia dan Bukalapak mengambil langkah serupa. 

Emtek melalui anak usahanya PT Elang Media Visitama (EMV) akan mencaplok 93% saham PT Bank Fama Intenasional senilai US$ 908,9 miliar. 

"EMV akan membeli sebanyak 9.089.503.800 lembar saham Bank Fama dengan harga Rp 100 per saham. Pendanaan transaksi pengambilalihan akan menggunakan dana internal EMV," kata Titi Maria Rusly, Sekretaris Perusahaan Emtek dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (5/11).

Dengan mencaplok Bank Fama, Emtek bertujuan meningkatkan literasi keuangan dan akses perbankan pada sektor UMKM. Akuisisi ini ditargetkan rampung pada 28 Desember 2021.  

Meskipun akan jadi pengendali, EMV berencana tetap mempertahankan tim manajemen Bank Fama saat ini dimana saat ini posisi Direktur Utama dipegang oleh Itjang Wibisono.

Baca Juga: Emtek caplok Bank Fama, seluruh perusahaan teknologi besar rambah sektor perbankan

Sebelumnya beredar kabar bahwa mantan Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk, Tigor Siahaan akan memimpin bank digital milik Grup Emtek. 

Saat dikonfirmasi, Tigor belum memberi jawaban hingga berita ini diturunkan. 

Sementara itu dalam aturan OJK, salah satu syarat pendirian bank digital adalah salah satu direksinya harus memiliki pemahaman di bidang IT.

Bank Fama tercatat memiliki aset Rp 1,55 triliun per Juni 2021 dimana kreditnya tercatat Rp 745 miliar. Modal intinya masih sekitar Rp 1,02 triliun pada periode tersebut.

Bank yang memiliki kantor pusat di Bandung ini telah beroperasi sejak 1 November 1993.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, saat ini merupakan garis permulaan baru perlombaan industri perbankan. 

Jika pada perioda perlombaan sebelum era digital, pemenangnya adalah bank-bank yang pemiliknya visioner dan yang diuntungkan dari program-program pemerintah. Bank-bank itu menang dengan keunggulan memiliki jaringan kantor dan ATM yang luas. 

Namun, dalam perlombaan baru di era digital ini keunggulan yang ada di masa lalu tidak lagi jadi keunggulan. 

"Pemenang pada perlombaan baru akan sangat tergantung pada ketahanan dan konsistensi mereka melakukan inovasi digital," kata Piter baru-baru ini. 

Salah satu contoh bank digital sukses yang bisa dicontoh adalah Kakao Bank dari Korea Selatan. 
Sementara Poltak Hotradero, peneliti sekaligus ekonom Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, bank yang baru berdiri pada 2017 itu sudah cuan hanya dalam waktu dua tahun berdiri. 

"Kakao Bank sukses menjadi bank digital yang untung dan berkembang pesat karena memiliki ekosistem sangat besar. Bank ini memiliki banyak sekali komunitas-komunitas," jelas Poltak. 

Hanya dalam beberapa bulan beroperasi, Kakao Bank sudah punya 5 juta pengguna dan pengguna aktifnya per akhir 2020 sudah mencapai 13,6 juta. Poltak bilang, ekosistem digital memang membuat scale up bisnis bisa cepat sekali. 

Bank Jago saat ini telah bertransformasi menjadi bank digital. Bank ini sudah melakukan banyak parnertship dalam membentuk ekosistem digital. Perseroan sudah mulai banyak menyalurkan kredit lewat partner. 

Kharim Siregar Direktur Utama Bank Jago mengatakan, perseroan sudah bermitra dengan 19 partner. "Kemitraan akan terus kami perluas ke depan," ujarnya. 

Sementara penyaluran kredit lewat aplikasi Jago akan direncanakan baru dimulai tahun depan. Aplikasi Jago hingga saat ini sudah didownload sekitar 1 juta pengguna, di mana hampir 700.000 merupakan pengguna aktif.

Selanjutnya, Sea Group, pemilik e-commerce Shoppe, menyusul langkah Gojek. Perusahaan ini mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi pada awal tahun ini dan kemudian mengganti namanya menjadi PT Bank Seabank Indonesia. 

Sea Group disebut juga sedang mengincar bank lain untuk dicaplok. Ada kabar PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) akan menggandeng Sea Group untuk mengembangkan bank digital. BNI memang saat ini sedang dalam proses mengakusisi bank kecil untuk dijadikan sebagai kendaraan bank digitalnya. 

Baca Juga: BI Fast jadi tantangan bagi bisnis perusahaan switching

PT Bank Mayora disebut-sebut merupakan bank yang akan diakuisisi BNI. Namun, managemen BNI belum mengungkapkan nama bank yang akan diakuisisi itu karena masih baru mencapai tahap kesepakatan awal. 
"Kami sudah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank yang memiliki ekosistem yang kuat untuk dikembangkan jadi bank digital," kata Royke Tumilaar Direktur Utama BNI, Senin (25/11). 

BNI telah menyiapkan dana tidak lebih dari Rp 3 triliun untuk mencaplok bank kecil itu. 

Royke bilang, nantinya BNI akan menjalin kemitraan dengan mitra strategis yang berpengalaman dalam pengembangan teknologi financial untuk mengembangkan bank digital itu. Pasalnya, teknologi merupakan kunci utama dalam keberhasilan pengembangan bank digital.  

Blibli sebagai perusahaan yang terafiliasi dengan BCA akan menjadi partner eksklusif  Bank BCA Digital yang beroperasi lewat aplikasi Blu. 

Pada tahap awal memungkinkan pengguna Blibli melakukan pembukaan rekening blu, pembayaran e-commerce, hingga bertransaksi lewat in-app payment.

Selanjutnya: Komisi yang didapat perbankan kian tambun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×