Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran BI Fast akan menjadi tantangan bagi bisnis perusahaan switching. Maklum, transaksi melalui BI Fast lebih murah yakni Rp 2.500. Sementara tarif switching umumnya sebesar Rp 6.500 per transaksi.
PT Alto Network sebagai pengelola jaringan ATM Alto mengakui kehadiran BI Fast merupakan tantangan. Namun Alto terus berinovasi untuk mengembangkan layanan switching dan digital yang lebih efisien.
"Hal ini akan berdampak langsung kepada masyarakat khususnya, UMKM melalui sinergi kolaborasi dengan seluruh stakeholder di bidang sistem pembayaran," kata Direktur Alto Eric Gunawan, Kamis (4/11).
Menurutnya, BI Fast sudah menjadi kebutuhan yang dinantikan masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan ini harus didukung semua pihak agar akses ke pelanggan semakin luas.
Baca Juga: Tak hanya di ATM, tarif transfer bank Rp 2.500 juga berlaku di layanan ini
Senada, perusahaan penyedia jasa transaksi, PT Artajasa Pembayaran Elektronis juga menyebut implementasi BI Fast menjadi tantangan bagi bisnis jasa switching di tanah air.
Namun, melihat kondisi industri perbankan di Indonesia saat ini, perusahaan jasa switching masih akan sangat berperan dalam membantu bank untuk meningkatkan kinerjanya.
"Artajasa akan membantu bank-nank dalam hal penyediaan teknologi dan infrastruktur untuk dapat terhubung dan memanfaatkan layanan yang disediakan BI Fast semaksimal mungkin," terang Vice President Corporate Secretary Artajasa Zul Irfan.
Artajasa memberikan dukungan agar implementasi BI Fast ini bisa berjalan dengan baik dan bisa memberikan solusi bagi bank atau pihak lain yang memanfaatkannya.
Sebelumnya, BI memastikan perusahaan switching tidak akan kehilangan bisnisnya. Lantaran, pelaku industri switching juga menjalankan bisnis kliring dan setelmen seperti transaksi menggunakan kartu.
Bahkan, kehadiran BI Fast akan memberi lebih banyak pilihan bagi nasabah. Sebab nasabah bisa memilih menggunakan SKNBI, Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) atau layanan yang disediakan switching.
"Justru BI-Fast ini menyediakan pilihan bagi masyarakat, sesuai kebutuhannya masing-masing, kalau butuh yang cepat dan dalam jumlah yang besar maka pakai BI-Fast," terang kata Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta.
Di sisi lain, ia melihat, kehadiran sistem baru ini bisa menjadi peluang bagi perusahaan switching untuk memanfaatkan bisnis baru. Terlebih, perusahaan switching bisa berperan untuk menyediakan infrastruktur bagi penyelenggara BI-Fast.
"Switching ke depan bisa juga menjadi IT provider untuk sharing infrastrutkur, ini yang sedang disiapkan BI," katanya.
Dengan begitu, perusahaan switching bisa menyediakan sharing infrastructure untuk bank dan lembaga lain. Asalkan, kerja sama tersebut memenuhi persyaratan dari Bank Indonesia.
Selanjutnya: Baru 22 bank ini yang akan berlaku penurunan biaya transfer antar bank Rp 2.500
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News