Reporter: Dea Chadiza Syafina, Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bankir mencari resep ampuh untuk mempertebal laba di tengah perlambatan ekonomi. Salah satu resep andalan perbankan adalah memperbesar porsi dana murah (CASA). Pasalnya, perburuan deposito di masa lalu masih berimbas terhadap tergerusnya laba bank.
Saat likuiditas mulai melimpah, perbankan mulai berani mengurangi porsi deposito. Misalnya saja Bank Central Asia (BCA). Bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini menurunkan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin (bps) setiap bulan, sejak Februari kemarin.
"Kalau porsi dana mahal tidak diturunkan, maka akan terus terbebani sebab kami sudah menurunkan bunga kredit," jelas Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, Senin (25/5). Tujuan BCA, menjaga porsi dana murah sebesar 75%-77%.
Senada, Budi Satria, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menuturkan, pihaknya mulai memacu pertumbuhan dana ritel yang sudah terbukti lebih stabil dan tidak sensitif terhadap pergerakan bunga.
"Kami kejar melalui transactional banking dengan pengembangan jaringan mesin gesek (EDC). Itu kami lakukan agar dana murah tumbuh lebih tinggi daripada pertumbuhan pinjaman," kata Budi kepada KONTAN, Senin (25/5).
Sebagai gambaran, BRI membidik target pertumbuhan kredit 15%. Sampai akhir tahun ini, Budi berharap, porsi dana murah BRI bisa mencapai 60% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Di kuartal I 2015, dana murah BRI tumbuh 12,2% dari total dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 587,7 triliun. Per Februari 2015, perbankan membukukan kenaikan CASA hanya 6,3%.
Dana murah korporasi
Roy A. Arfandy, Direktur Utama Bank Permata menjelaskan, pihaknya menyasar target pasar keluarga untuk dana murah. Atas dasar itulah, bank patungan milik Astra International dan Standard Chartered ini mempunyai beberapa produk khusus keluarga seperti PermataMe, PermataBintang, Preferred maupun Priority.
"Untuk korporasi, kami menyasar industri yang memiliki perputaran dana yang besar," ujar Roy. Bank Permata berharap bisa mempunyai porsi dana murah sebesar 35% dari total DPK. Di kuartal I, DPK Bank Permata naik 14% menjadi Rp 147 triliun.
Lani Darmawan, Direktur Ritel Bank Internasional Indonesia (BII) menuturkan, BII fokus menggarap dana murah korporasi semisal payroll, tabungan syariah, dan cash management usaha kecil dan menengah (UKM) dan korporasi. "Saat ini porsi dana murah sekitar 40%," kata Lani. DPK BII stagnan atau hanya naik tipis sebesar 1% menjadi Rp 105 triliun di kuartal I.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News