Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan pembiayaan kendaraan bermotor yang terjadi mulai awal tahun ini sedikit banyak mempengaruhi pertumbuhan premi dari lini usaha asuransi kecelakaan diri. Tengok saja, premi bruto yang dikantongi industri dari asuransi kecelakaan diri sepanjang kuartal pertama ini melorot 10,1% menjadi hanya Rp 457,5 miliar.
Dadang Sukresna, Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Bidang Statistik, Informasi dan Analisa mengatakan, selama ini, pertumbuhan pembiayaan kendaraan bermotor ikut berkontribusi mengerek kenaikan premi asuransi kecelakaan diri. "Karenanya, ketika terjadi koreksi, otomatis berdampak juga pada asuransi kecelakaan diri," ujarnya, Selasa (10/6).
Namun demikian, bukan cuma asuransi kecelakaan diri yang terkena getahnya, tetapi juga asuransi kendaraan bermotor itu sendiri. Per 31 Maret 2014, lini usaha asuransi kendaraan bermotor cuma tumbuh tipis 8,1% menjadi Rp 3,4 triliun.
Imbasnya lebih terlihat jelas dari langsingnya pangsa pasar asuransi kendaraan bermotor. Pangsa pasar asuransi bisnis ini tercatat turun 2,9%, yakni dari 30,2% di kuartal pertama tahun lalu menjadi hanya 27,3% periode yang sama tahun ini.
Selain dua lini tersebut di atas, data AAUI juga melansir, pertumbuhan negatif dari aktivitas asuransi kesehatan. Penurunan premi asuransi kesehatan ini disinyalir tidak terlepas dari program jaminan kesehatan nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Bisnis asuransi energi darat dan energi offshore juga anjlok masing-masing 41,8% dan 67,3%. Lalu, lini usaha asuransi penjaminan yang turun 7% dan asuransi aneka melorot 12%. “Namun, penurunan pada lini-lini usaha ini lebih dikarenakan pencatatan yang belum masuk di kuartal pertama ini,” tutur Dadang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News