Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan memperkirakan pengetatan likuiditas yang mulai terjadi saat ini berlanjut di tahun depan. Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) memproyeksikan, pertumbuhan dana simpanan masyarakat di bank atau dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8%-9% di tahun depan.
Ketua Perbanas Kartika Wirjoatmodjo memperkirakan, pertumbuhan DPK di semester I 2019 hanya 6% hingga 7%. Tapi di semester II bisa naik 10%. Sehingga, rata-ratanya 8% hingga 9%.
"Hampir tidak mungkin di atas 10%," ujar Tiko pangggilan akrab Kartika usai Market Outlook Mandiri, Rabu malam (5/12) di Jakarta.
Tiko yang juga menjabat Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk tersebut menambahkan, pertumbuhan DPK yang belum sekencang kredit lantaran adanya aliran keluar portofolio dana akibat penguatan dollar Amerika Serikat. Namun, aliran portofolio secara bertahap akan masuk ke Indonesia secara masif.
Selain itu, banyaknya pemerintah menerbitkan surat utang negara (SUN) yang menyasar individu ikut menyedot DPK perbankan. Oleh sebab itu, Tiko berharap, pada paruh pertama 2019, SUN ritel banyak terserap, agar pada paruh kedua 2019, DPK bank kembali deras.
Selain itu, momentum Lebaran yang akan berlangsung pada paruh pertama 2019 juga turun menekan DPK perbankan tahun depan. Sebab, masyarakat lebih banyak menghabiskan dananya untuk konsumsi dibandingkan menempatkan di bank sebagai DPK.
"LDR perbankan saat ini sudah 91%-92%. Ke depan harapan kami, kebijakan pelonggaran likuiditas dari BI termasuk menggunakan giro wajib minimum rata-rata dan sebagainya itu terus dilanjutkan. Supaya ada ruang buat ekspansi menggunakan funding yang ada di neraca perbankan," tambah Tiko.
Kata Tiko, dengan pertumbuhan DPK 8% sampai 9% di tahun depan, kredit bank secara industri masih tetap bisa tumbuh dobel digit. Pertumbuhan kredit pada 2019 diperkirakan sama dengan pertumbuhan kredit di kuartal III 2018 yakni sekitar 13%-14%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News