Reporter: Ferry Saputra | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat pendapatan premi industri asuransi umum dari lini asuransi marine hull pada 2024 mencapai Rp 3,16 triliun. Nilai tersebut tumbuh 22%, jika dibandingkan pencapaian pada tahun sebelumnya.
Lini asuransi marine hull pada tahun 2025 diproyeksikan masih akan tumbuh positif, namun tidak setinggi tahun lalu.
Pengamat Asuransi dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI) Wahyudin Rahman memperkirakan, ada kemungkinan pertumbuhan lini asuransi marine hull tahun ini tetap terjaga di kisaran dua digit moderat tahun ini.
"Dengan catatan, sektor pelayaran domestik terus berkembang, terutama didukung oleh program tol laut dan investasi di sektor energi," ucapnya kepada Kontan, Kamis (12/6).
Baca Juga: OJK: Asosiasi Asuransi Sedang Menyusun Proposal Terkait Upaya Mendukung Program MBG
Menurut Wahyudin, pertumbuhan pendapatan premi yang signifikan sebesar 22% pada tahun lalu banyak didorong oleh pemulihan aktivitas pelayaran pascapandemi Covid-19, peningkatan proyek-proyek infrastruktur maritim, serta naiknya kebutuhan asuransi untuk kapal baru, baik dari sektor niaga maupun logistik.
Lebih lanjut, Wahyudin tak memungkiri ada sejumlah tantangan yang akan menghadang kinerja lini asuransi marine hull tahun ini.
Dia bilang tantangannya datang dari kondisi geopolitik dan keamanan perairan, seperti ketegangan di Laut China Selatan atau potensi konflik di jalur pelayaran internasional, yang berpotensi meningkatkan risiko dan membuat perusahaan lebih selektif.
Selain itu, adanya tantangan mengenai fluktuasi harga kapal dan suku cadang yang memengaruhi nilai pertanggungan, serta biaya perbaikan. Wahyudin beranggapan hal itu bisa saja berdampak pada beban klaim dan tarif premi asuransi marine hull.
Baca Juga: Askrindo dan Perhutani Luncurkan Asuransi Kecelakaan untuk Wisatawan di Jawa Barat
Tantangan lainnya, yaitu adanya keterbatasan kapasitas reasuransi dari luar negeri untuk risiko-risiko besar, seperti usia, jenis, kelas, dan Gross Registered Tonnage (GRT) atau pengukuran volume kapal, serta akumulasi klaim akibat cuaca ekstrem.
"Ditambah adanya tantangan penerapan regulasi keselamatan dan lingkungan internasional, seperti International Maritime Organization 2020 dan kebijakan dekarbonisasi pelayaran global, yang bisa meningkatkan beban operasional pemilik kapal dan berdampak pada permintaan asuransi," kata Wahyudin.
Selanjutnya: Peringatan Dini Cuaca Besok 13-14 Juni, Provinsi Ini Status Waspada Hujan Lebat
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 13-14 Juni, Provinsi Ini Status Waspada Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News