kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertumbuhan kredit investasi di awal tahun masih lambat


Selasa, 03 April 2018 / 17:47 WIB
Pertumbuhan kredit investasi di awal tahun masih lambat
ILUSTRASI. Petugas Teller Menghitung Uang di Kacab BRI Syariah


Reporter: Yoliawan H | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia melalui analisis uang beredar mencatat kredit investasi perbankan hanya tumbuh 4,6% secara tahunan atau year on year (yoy) di Februari 2018 menjadi Rp 1.171,2 triliun. Pertumbuhan ini pun stagnan karena di Januari 2018 kredit investasi tumbuh serupa yakni 4,6% yoy.

Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Suprajarto menjelaskan, banyak dari pelaku usaha yang lebih hati-hati dan cenderung wait and see di tengah tahun politik ini.

“Mereka hati-hati sebelum investasi besar. Setelah Agustus saya proyeksi sudah bisa naik kembali,” jelas Suprajarto saat ditemui di Jakarta, Senin (2/4).

Tanpa menyebutkan nominalnya, menurut Suprajarto mayoritas kredit BRI ada pada kategori kredit modal kerja (KMK). “Kuartal I kredit kita sudah tumbuh 11%, sudah di atas industri. Pendorong tetap fokus di mikro dan ritel sebagian besar masih modal kerja,” jelas Suprajarto.

Senada, Surjawaty Tatang, Presiden Direktur Bank Ganesha menjelaskan, awal tahun perbankan kredit agak perbankan sedikit melambat termasuk kredit investasi.

“Ditambah di awal tahun bank disibukkan dengan hal lain seperti rencana bisnis bank (RBB) yang memakan waktu,” jelas Surjawaty.

Menurutnya, porsi kredit investasi sekitar 40% terbesar masih ada di kredit modal kerja. Pendorong kredit tahun ini masih ada pada industri manufaktur, jasa dan konstruksi. Pihaknya menargetkan total kredit dapat tumbuh sekitar 10% hingga 12%.

Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira Adhinegara, berpendapat, perlambatan kredit investasi di awal tahun ini disebabkan oleh beberapa hal seperti penurunan di sektor pertanian dari 11,7% menjadi 8,6%.

“Itu karena ada pergeseran pola tanam, harga pangan masih agak naik sehingga permintaan kredit masih kecil di pertanian. Selain itu di perkebunan ada pengaruh dari harga crude palm oil (CPO) dari ekspor yang belum baik,” jelas Bhima saat ditemui di Jakarta Selasa (3/4).

Sektor pertambangan juga turun drastis. Ini anomali karena harga batubara harusnya sudah beranjak naik namun masih banyak perusahaan yang menunda investasi karena kebutuhan masih belum banyak.

Menurutnya, yang bisa mendorong kredit investasi yakni sektor konstruksi. Alasannya, permintaan infrastruktur masih tinggi. “Namun transmisi diharapkan akan ada dari membaiknya harga komoditas,” jelas Bhima.

Pertumbuhan kredit investasi diperkirakan sulit untuk tumbuh kecang di tahun 2018. Namun, Bhima bilang kredit investasi masih bisa tumbuh di atas 5% di 2018. Sedangkan jenis kredit sekarang lebih banyak kredit modal kerja.

Hal tersebut tercermin dari kredit modal kerja yang tumbuh 8,5% yoy menjadi Rp 2.126,9 triliun pada Februari 2018. Pertumbuhannya terus membaik bila dibandingkan dengan Januari 2018 yang hanya tumbuh 7,2% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×