Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Akhir 2023, suku bunga diperkirakan akan flat dan tahun 2024 akan cenderung menurun. Pelaku usaha menyakini bahwa consumer goods akan semakin laku saat tren suku bunga menurun.
"Oleh karena itu, volume produksi harus ditingkatkan dan mereka butuh investasi dari sekarang. Proses bikin pabrik dan tambahan produksi itu kan membutuhkan waktu setidaknya setahun. Pada saat demand meningkat nanti, mereka sudah siap dengan kapasitas yang cukup," jelas Jahja.
Sementara itu, BI mencatat pertumbuhan kredit investasi terutama didorong oleh kebutuhan investasi di sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 99,7% per Oktober, serta industri pengolahan yang tumbuh 22,6% YoY.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Bank Ina Ditopang Kredit Modal Kerja
Pertumbuhan kredit investasi untuk sektor pertambangan ini terutama berasal dari pertambangan minyak dan gas bumi di Riau dan Kalimantan Barat. Adapun sektor pengolahan, pertumbuhan permintaan kredit investasinya terutama berasal dari industri logam dasar besi dan baja di Banten.
Sementara Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) melihat prospek kredit investasi tahun depan masih tidak akan berbeda dari dua tahun terakhir ini.
"Portofolio kredit investasi tahun depan akan sama dengan tahun 2022 dan tahun lalu. Tahun ini dan tahun depan, kredit modal kerja yang masih akan menjadi penopang kredit kami," kata Pancaran Affendi, Head of Global Corporate and Institutional Banking for Indonesia MUFG.
Tahun depan, MUFG melihat ekspansi kredit tidak akan setinggi tahun ini karena sudah menjelang tahun politik. Jika tahun ini kredit diproyeksi tumbuh sekitar 25%, tahun 2023 ditargetkan hanya tumbuh sekitar 4%-5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News