Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan kredit investasi di perbankan semakin mengalami peningkatan dari bulan ke bulan sepanjang tahun ini. Hingga Oktober 2022, kredit segmen ini menjadi penopang utama pertumbuhan kredit perbankan.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dikutip Minggu (18/12), kredit investasi per Oktober tumbuh 14,2% secara year on year (YoY), naik dari bulan sebelumnya yang baru tumbuh 10,2% YoY.
Pada Maret lalu, kredit segmen ini baru tumbuh 5% YoY, lalu bulan berikutnya naik menjadi tumbuh 7,2% YoY, pada Juli tumbuh 9,5% dan Agustus meningkat 9,9%.
Sedangkan pertumbuhan kredit modal kerja cenderung stabil memasuki kuartal IV dan kredit konsumsi cenderung melambat. Per Oktober, kredit modal kerja tumbuh 12,2% sama seperti bulan sebelumnya. Kredit konsumsi tumbuh 8,7% YoY, turun dari bulan September yang tumbuh 9,1% YoY.
Baca Juga: Jaga Pertumbuhan di 2023, Berikut Strategi Sejumlah Perbankan
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), salah satu yang melihat bahwa prospek pertumbuhan kredit investasi ini masih akan terus berlanjut tahun depan. Per September 2022, kredit BCA tumbuh sebesar 12,6% YoY jadi Rp 681,9 triliun.
Pertumbuhan kredit BCA terutama ditopang oleh segmen kredit investasi yang tumbuh sebesar 13,45 YoY menjad Rp 216 triliun. Secara year to date atau dibanding akhir 2021 tumbuh 6,3% dan secara kuartalan meningkat 3%.
Sedangkan kredit modal kerja BCA tumbuh 11,2% secara YoY dan naik 5,6% secara ytd. Namun, secara kuartalan mengalami penurunan sebesar 1%.
Vera Eve Lim, Direktur Keuangan BCA, mengatakan permintaan kredit investasi terutama banyak dari sektor logistik, telekomunikasi, farmasi, petrokimia dan baja.
"Permintaan kredit investasi untuk sektor logistik bagus, bahkan saat Covid-19 juga tetap baik. Pertumbuhannya berlanjut saat ini. Untuk sektor telekomunikasi meningkat sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, Indonesia juga bergerak ke layanan 4G sehingga investasi di telekomunikasi berlanjut," kata Vera dalam paparan virtualnya baru-baru ini.
Untuk sektor pharmacycle, kata Vera, perkembangannya semakin positif. Bahkan, swasta juga sudah mulai melakukan investasi untuk sektor ini, hal yang sebelumnya jarang sekali terjadi.
Baca Juga: Fasilitas Kredit di Bank Masih Menumpuk
BCA tidak menyebutkan target pertumbuhan kredit modal kerja tahun depan. Namun, bank ini memprediksi ekspansi kredit secara keseluruhan akan tumbuh kurang lebih sama dengan tahun ini.
Dalam kesempatan yang sama, Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur BCA memperkirakan permintaan kredit investasi akan semakin meningkat karena tren kenaikan suku bunga akan mereda tahun depan.
Akhir 2023, suku bunga diperkirakan akan flat dan tahun 2024 akan cenderung menurun. Pelaku usaha menyakini bahwa consumer goods akan semakin laku saat tren suku bunga menurun.
"Oleh karena itu, volume produksi harus ditingkatkan dan mereka butuh investasi dari sekarang. Proses bikin pabrik dan tambahan produksi itu kan membutuhkan waktu setidaknya setahun. Pada saat demand meningkat nanti, mereka sudah siap dengan kapasitas yang cukup," jelas Jahja.
Sementara itu, BI mencatat pertumbuhan kredit investasi terutama didorong oleh kebutuhan investasi di sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 99,7% per Oktober, serta industri pengolahan yang tumbuh 22,6% YoY.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Bank Ina Ditopang Kredit Modal Kerja
Pertumbuhan kredit investasi untuk sektor pertambangan ini terutama berasal dari pertambangan minyak dan gas bumi di Riau dan Kalimantan Barat. Adapun sektor pengolahan, pertumbuhan permintaan kredit investasinya terutama berasal dari industri logam dasar besi dan baja di Banten.
Sementara Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) melihat prospek kredit investasi tahun depan masih tidak akan berbeda dari dua tahun terakhir ini.
"Portofolio kredit investasi tahun depan akan sama dengan tahun 2022 dan tahun lalu. Tahun ini dan tahun depan, kredit modal kerja yang masih akan menjadi penopang kredit kami," kata Pancaran Affendi, Head of Global Corporate and Institutional Banking for Indonesia MUFG.
Tahun depan, MUFG melihat ekspansi kredit tidak akan setinggi tahun ini karena sudah menjelang tahun politik. Jika tahun ini kredit diproyeksi tumbuh sekitar 25%, tahun 2023 ditargetkan hanya tumbuh sekitar 4%-5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News