kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Porsi kredit ekspor masih mungil


Rabu, 26 Juni 2013 / 17:57 WIB
Porsi kredit ekspor masih mungil
ILUSTRASI. Pengunjung menggunakan masker saat memilih barang yang akan dibeli di sebuah toko ritel penjual perkakas, di Jakarta Timur, Selasa (9/6/2020). Tribunnews/Herudin


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ekspor merupakan hal yang penting dalam perekonomian. Hanya saja, porsi kredit ekspor di Indonesia ternyata terbilang masih mungil.

Bank Indonesia (BI) mendata, kredit ekspor cuma berporsi 1,8% terhadap total kredit perbankan. Sedangkan, kredit impor memiliki porsi 1,4% terhadap kredit perbankan secara keseluruhan.

"Masih kecil, memang perbankan harus dukung pengembangan pembiayaan ekspor," ucap Deputi Direktur Stabilitas Sistem Keuangan, Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, Dwityapoetra S, Rabu, (26/6).

Selain porsinya yang rendah, pertumbuhan kredit ekspor nasional pun ternyata mengalami perlambatan. Pada tahun 2011, kredit ekspor mampu bertumbuh 35,1%. Namun pada 2012, kenaikannya menjadi 12,1% saja.

Dwitya bilang, perlambatan ini terjadi karena melemahnya kondisi global. Namun di balik itu, terdapat juga beberapa sektor yang masih bertumbuh. Ia memberi contoh, penyaluran kredit pada sektor batubara terbilang cukup bagus.

Pihak bank sentral pun mengingatkan, perbankan tak boleh lupa memperhatikan risiko yang mungkin terjadi. Meski saat ini, ia menyebut rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) masih rendah. "Saya harap perbankan berusaha untuk menjaga NPL tersebut," ucapnya tanpa bilang berapa rasio yang ia maksud.

Namun BI pun menyadari bahwa neraca perdagangan Indonesia masih negatif. Pasalnya, impor masih lebih tinggi dibanding ekspor. "Maka dari itu kita ingin dapat berusaha meningkatkan ekspor," sebutnya.

Ia menilai bahwa Indonesia masih memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan ekspor. Misalnya saja ke Afrika dan Amerika Latin yang bisa menjadi daerah alternatif tujuan ekspor, selain kawasan Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×