kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Potensi e-money mencapai Rp 23,4 triliun


Rabu, 06 Agustus 2014 / 10:17 WIB
Potensi e-money mencapai Rp 23,4 triliun
ILUSTRASI. Apa Itu Buta Warna? Simak Pengertian dan Penyebab Seseorang Bisa Buta Warna


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Impian Bank Indonesia (BI) dan perbankan untuk mengimplementasikan transaksi pembayaran nontunai pada sistem moda transportasi bakal segera terwujud. Sejumlah halte Transjakarta dan Commuter Line mulai mewajibkan penggunanya melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik alias e-money.

Ronald Waas, Deputi Gubernur BI mengatakan, penggunaan uang elektronik terbesar berasal dari transportasi. Karena itu perbankan harus mendorong penggunaan uang elektronik pada sektor tersebut.

Sedangkan transaksi nontunai dari debit dan kredit terbesar berasal dari sektor ritel, seperti mal dan merchant. "Kami menargetkan transaksi menggunakan e-money sebesar 1,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," katanya di Jakarta, Selasa (5/8).

Adapun, nilai PDB Indonesia sekitar Rp 8.241,86 triliun atau sekitar US$ 800 miliar–US$ 900 miliar. Nah, angka 1,8% tersebut merupakan transaksi nontunai termasuk e-money, kliring dan Real Time Gross Settlement Systems (RTGS).

Berdasarkan data Bank Indonesia, potensi pengembangan uang elektronik pada sektor transportasi di Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp 23,4 triliun per tahun. Angka tersebut terdiri dari transaksi uang elektronik pada Commuter Line sebesar Rp 1,4 triliun per tahun dengan jumlah 400.000 penumpang saban hari. Kemudian, dari moda transportasi TransJakarta sebesar Rp 680 miliar per tahun, yang berasal dari 320.000 penumpang saban hari.

Selain itu, data BI juga menghitung potensi uang elektronik dari jasa transportasi taksi berkisar Rp 2 triliun per tahun. Jumlah tersebut disumbangkan dari 186.000 penumpang setiap hari.

Selanjutnya, masih terdapat sejumlah sumber pendapatan uang elektronik lain, seperti dari jalan bebas hambatan (jalan tol) dan jasa parkir. Untuk transaksi dari jalan tol diperkirakan angkanya mencapai Rp 4,3 triliun per tahun. Sedangkan potensi uang elektronik dari bisnis parkir Rp 416 miliar tiap tahun.

Tidak berhenti sampai di sana saja, potensi penggunaan uang elektronik bisa bersumber dari pembelian bahan bakar minyak (BBM). Dari transaksi ini, duit yang bisa terjaring mencapai Rp 14,6 triliun per tahun dengan asumsi pengisian 1,4 liter BBM per kendaran saban hari.

Ronald mengatakan, angka tersebut baru merupakan potensi. Artinya, untuk mencapai angka Rp 23,4 triliun per tahun tersebut, harus ada transaksi bulanan sebesar Rp 2 triliun.

Asal tahu saja, popularitas e-money kian menanjak pasca penggunaan pada kereta api Jabodetabek, alias Commuter Line. Berdasarkan catatan KONTAN sebelumnya, salah satu bank yang memperoleh berkah dari lonjakan pemakaian e-money adalah PT Bank Central Asia Tbk.

Manajemen emiten bersandi BBCA ini pada awal Juli lalu menyebutkan, untuk Commuter Line, Flazz BCA sudah membukukan jumlah volume 100.000 transaksi saban hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×