Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pulihnya situasi ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 memiliki pengaruh besar terhadap berbagai sektor industri yang ada di Indonesia khususnya industri jasa keuangan.
Hal ini juga terlihat pada pendapatan premi asuransi umum pada triwulan II tahun 2022 tercatat sebesar Rp 46,038 triliun, tumbuh sebesar 20% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 yang mencapai Rp 38,374 triliun.
Trinita Situmeang, Wakil Ketua AAUI Bidang Statistik & Riset mengatakan, ada 3 lini bisnis asuransi umum yang membukukan pertumbuhan negatif pada Triwulan II tahun 2022 ini. Adapun lini bisnis yang mengalami pertumbuhan negatif yakni asuransi marine hull, asuransi personal accident, dan asuransi suretyship.
Sementara itu klaim pada triwulan II tahun 2022 mencatatkan sebesar Rp 17,7 triliun, telah terkontraksi sebanyak 35,7% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 yang mencapai Rp 13,1 triliun.
Baca Juga: Premi Industri Asuransi Umum Tumbuh 20% pada Semester I, Ini Pendorongnya
"Peningkatan klaim terjadi hampir pada sebagian lini bisnis asuransi dan hanya 3 lini usaha yang mencatatkan adanya penurunan klaim yaitu asuransi aviation, asuransi energy on shore dan asuransi personal accident," kata Trinita saat konferensi pers virtual, Rabu (21/9).
Claim ratio pada triwulan II tahun 2022 ini tercatat sebesar 38,6%, yang mana ini mengalami kontraksi jika dibandingkan tahun lalu sebesar 34,2%.
Pangsa pasar terbesar premi asuransi umum pada Triwulan II tahun 2022 ini masih didominasi oleh asuransi harta benda & asuransi kendaraan bermotor dengan proporsi mencapai 51,5%. Di Posisi ketiga pangsa pasar premi asuransi umum di periode ini diisi oleh asuransi kredit dengan proposi sebesar 13,9%.
Asuransi harta benda tercatat mengalami pertumbuhan premi yang positif sebesar 36,4% pada Triwulan II tahun 2022. Salah satu faktor pendukung pertumbuhan positif ini adalah dengan meningkatnya penjualan properti residensial di pasar primer yang mana tumbuh positif sebesar 15,23% secara tahunan pada triwulan II 2022. Hal ini tentunya menjadi faktor utama pertumbuhan premi pada asuransi harta benda di periode ini.
Sementara itu, pada lini bisnis asuransi kendaraan bermotor juga mengalami pertumbuhan yang cukup bagus yakni sebesar 18,3% pada Triwulan II pada tahun 2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan premi asuransi kendaraan bermotor pada periode ini adalah penjualan kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan sebanyak 465.252 unit jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 sebesar 387.844 unit khususnya pada kendaraan roda 4.
Lini bisnis asuransi selanjutnya yang juga mengalami peningkatan di Triwulan II tahun 2022 ini adalah asuransi kredit yang tercatat mengalami pertumbuhan positif sebesar 8,9% dibanding tahun lalu dengan nilai premi sebesar Rp 6,3 triliun.
Beberapa hal yang mendukung pertumbuhan ini adalah atas adanya komitmen Pemerintah terhadap penyaluran kredit baru sesuai data survei dari Bank Indonesia. Posisi kredit yang saat ini banyak diberikan bank umum dan BPR pada Triwulan II – tahun 2022 ini didominasi oleh Kredit UMKM dan Kredit Real Estate dengan proposi sebesar 25%.
Baca Juga: Kasus Asuransi Gagal Bayar Masuk Ranah Hukum, Petinggi Ikut Terseret Jadi Tersangka
Sementara itu, pangsa pasar industri asuransi umum dari segi pendapatan premi bruto tampaknya masih didominasi oleh beberapa pemain saja. Berdasarkan riset Kontan, 10 besar asuransi umum dengan pendapatan premi bruto terbesar menguasai 46,51% dari total pendapatan premi bruto secara industri per Juni 2022. Dimana, total pendapatan premi bruto industri senilai Rp 45,8 triliun.
Adapun, PT Asuransi Sinar Mas menjadi yang terbesar dari sisi pendapatan premi bruto pada semester I/2022 dengan nilai Rp 5,04 triliun. Nilai tersebut mengalami pertumbuhan signifikan sekitar 44,98% secara tahunan.
Direktur Asuransi Sinar Mas Dumasi Samosir mengatakan, pencapaian tersebut dikarenakan strategi perusahaan yang menjangkau nasabah hingga di daerah-daerah terpencil. Menurutnya, di daerah-daerah tersebut, kesadaran masyarakat akan proteksi aset-asetnya juga sudah mulai tumbuh.
“Sampai akhir tahun mudah-mudahan bisa kembali ke Rp 10 triliun hingga Rp 11 triliun karena di 2020 bisa capai Rp 12 triliun,” ujar Dumasi.
Sementara itu, posisi kedua terbesar ditempati oleh PT Asuransi Astra Buana milik grup Astra yang mencatat pendapatan premi hingga Rp 2,62 triliun yang berarti naik sekitar 11,50% secara yoy.
Pencapaian tersebut pun turut mendongkrak laba usaha asuransi yang naik sebesar 7,2% menjadi Rp 681 miliar pada semester 1/2022 ini. Ditambah, hasil investasi yang lebih tinggi senilai Rp 426,7 miliar dari sebelumnya Rp 421 miliar.
Perusahaan asuransi umum yang menempati posisi ketiga ialah PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Grup Pertamina. Pendapatan produksi premi bruto konsolidasian mencapai Rp 3,53 triliun pada Semester I tahun 2022, naik 25% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 2,81 triliun.
Syaiful Azhar selaku Direktur Tehnik Tugu Insurance menjelaskan bahwa produksi premi bruto konsolidasian di awal tahun 2022 didominasi oleh premi dari class of business (CoB) fire & property sebesar Rp 1,35 triliun dan offshore sebesar Rp 467,68 Miliar.
“Di Semester I tahun 2022 Tugu Insurance menunjukkan pertumbuhan positif di semua aspek, baik itu pertumbuhan premi, hasil underwriting, investasi maupun pendapatan usaha lainnya,” jelas Azhar.
Baca Juga: Perkuat Peran Industri Reasuransi, Indonesia Re akan Gelar IIC 2022
Tercatat pada akhir Juni 2022 perolehan laba tahun berjalan konsolidasian telah mencapai Rp 225,39 miliar naik signifikan sebesar 58% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 142,43 miliar.
Sejalan dengan dibukukannya pendapatan underwriting Rp1 ,11 triliun yang naik 12%, pendapatan investasi Rp 182,19 miliar naik 15% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya dan pendapatan usaha dari jasa sewa dan survei sebesar Rp 179,02 miliar atau naik 24% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara nilai aset perseroan tercatat mencapai Rp 21,88 triliun turut mengalami pertumbuhan bila dibandingkan dengan periode 31 Desember 2021 sebesar Rp 20,19 triliun, dan jumlah ekuitas perseroan pun turut naik menjadi Rp 8,94 triliun dibandingkan dengan periode akhir tahun lalu sebesar Rp 8,79 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News