Reporter: Feri Kristianto |
JAKARTA. Membaiknya daya beli serta kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia menerbitkan optimisme bagi pelaku bisnis asuransi. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) yakin industri asuransi umum masih bisa bertumbuh di kisaran 22%-23% pada tahun depan.
Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI menjelaskan, stabilnya perekonomian nasional tahun depan akan menopang pertumbuhan bisnis asuransi umum dan reasuransi nasional. Ini juga ditambah dengan semakin besarnya belanja negara untuk pembangunan.
Tahun 2013, anggaran belanja negara di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) direncanakan sebesar Rp 1.657,9 triliun atau tumbuh 7,1% dari tahun 2012. Ini artinya, akan banyak proyek pemerintah yang akan berjalan. "Pelaksanaan proyek tentu membutuhkan asuransi seperti surety ships dan lain-lain," ujar Julian, saat seminar outlook asuransi 2013. Selasa (20/11)
Selain itu, kata Julian, saat ini mulai banyak pemerintah daerah (pemda)yang mengasuransikan aset-asetnya. Salah satunyaadalah rencana Pemda DKI Jakarta yang akan melelang penjaminan aset-aset tahun 2013. Jika pemda lain mengikuti langkah ini, Julian yakin pasar asuransi umum kian terbuka lebar.
Pasar asuransi umum diyakini akan semakin baik lantaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga berencana membuat tarif referensi asuransi properti dan kebakaran. Penetapan tarif referensi akan menciptakan persaingan penjualan asuransi properti dan kebakaran sehat. "Adanya tarif referensi, lini asuransi properti dan kebakaran kembali berkontribusi maksimal," tegasnya.
Saat ini, jumlah asuransi umum mencapai 82 perusahaan. Adapun reasuransi terdiri dari empat perusahaan.
Pasar luas
Tak hanya asuransi umum yang optimistis. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) juga hakul yakin, pertumbuhan premi di industri asuransi jiwa tahun depan akan mencapai kisaran 25%-30%.
Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI mengatakan, sejak lima tahun terakhir, pertumbuhan premi asuransi jiwa selalu tumbuh 25%-30% . Pertumbuhan ekonomi, membaiknya daya beli akan membuat bisnis asuransi jiwa terus bertumbuh.
Pasar masih besar lantaran penetrasi asuransi jiwa masih kecil yakni di bawah 2%.
Dengan jumlah penduduk mencapai ratusan juta, pasar asuransi di Indonesia sangat besar. Bertambahnya kelas menengah diyakini akan mendorong kesadaran memiliki asuransi. "Yang penting, sosialisasi diperbanyak," ujarnya.
Optimisme AAJI ditopang pula dengan mulai bekerjanya OJK di 2013. Apalagi, Undang-Undang (UU) Perasuransian diharapkan selesai dan diundangkan tahun depan.
Namun, tantangan industri asuransi juga tak kalah besar. Tantangan di depan mata adalah rencana penerapan International Financial Result Standar (IFRS) untuk laporan keuangan tahun 2012. Jika beleid ini berlaku bisa menghambat pertumbuhan premi. Soalnya, metode penghitungan IFRS memisahkan antara premi dan investasi. Padahal, nilai investasi asuransi jiwa sangat dominan.
Hambatan lainnya adalah persaingan yang ketat dengan masuknya pendatang baru dari luar negeri. Tahun ini, jumlah asuransi jiwa 46 perusahaan, 58% perusahaan swasta nasional dan 42% perusahaan joint ventura.
Sampai triwulan tiga tahun ini, premi baru asuransi jiwa Rp 50,7 triliun, dan premi lanjutan Rp 24,47 triliun. Klaim mencapai Rp 44,1 triliun. Jumlah tertanggung 58,2 juta serta aset industri mencapai Rp 254, 25 triliun. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News