kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.404.000   -3.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.687   12,00   0,07%
  • IDX 8.633   -7,44   -0,09%
  • KOMPAS100 1.183   -6,87   -0,58%
  • LQ45 847   -6,48   -0,76%
  • ISSI 308   -1,78   -0,58%
  • IDX30 440   0,35   0,08%
  • IDXHIDIV20 513   0,38   0,07%
  • IDX80 132   -0,90   -0,67%
  • IDXV30 141   0,28   0,20%
  • IDXQ30 141   0,20   0,14%

Prospek Bisnis Lending Tahun Depan Didorong Pembiayaan UMKM dan Penguatan Regulasi


Minggu, 07 Desember 2025 / 19:13 WIB
Prospek Bisnis Lending Tahun Depan Didorong Pembiayaan UMKM dan Penguatan Regulasi
ILUSTRASI. Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S. Djafar saat journalist workshop di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (22/1/2025).


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) optimistis industri fintech peer to peer (P2P) lending masih dapat mencatatkan pertumbuhan positif pada 2026.

Ketua Umum AFPI Entjik Djafar mengatakan optimisme itu terlihat dari pencapaian kinerja industri per September 2025. Di mana, nilai outstanding pembiayaan industri mencapai Rp 90,99 triliun per September 2025, atau tumbuh 22,16% secara tahunan. Adapun tingkat rasio kredit macet fintech lending atau TWP90 terjaga di level 2,82%. 

Entjik berpendapat angka itu menunjukkan industri terus berkembang secara sehat dan tetap relevan dengan kebutuhan pembiayaan masyarakat. "AFPI optimistis industri masih akan mencatat pertumbuhan positif pada 2026, terutama didorong pembiayaan produktif dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), seiring penguatan regulasi dan peningkatan kualitas penyaluran," ungkapnya kepada Kontan, Minggu (7/12).

Meskipun demikian, Entjik tak memungkiri terdapat tantangan utama yang akan menghadang industri fintech lending pada tahun depan. Salah satunya datang dari pengetatan aturan, kualitas kredit, manajemen risiko, serta perubahan perilaku borrower. 

Oleh karena itu, Entjik bilang AFPI mendorong penyelenggara fintech lending untuk melakukan strategi berupa edukasi literasi keuangan supaya borrower dapat mengambil keputusan pinjaman dengan bijak dan sesuai kebutuhan. Dengan demikian, mereka tidak terjebak dalam beban utang yang menumpuk. "Selain itu, platform juga perlu memperketat credit scoring," tuturnya.

Entjik mengatakan strategi itu relevan dengan perubahan ketentuan mengenai rasio perbandingan utang atau pinjaman dengan penghasilan borrower paling tinggi dari 40% pada 2025, menjadi 30% mulai 2026. Dia memandang kebijakan itu sebagai penyesuaian yang mendorong industri lebih prudent dalam melakukan penyaluran pembiayaan. 

"Oleh karena itu, AFPI juga mendorong platform memperkuat credit scoring, memanfaatkan data alternatif, melakukan segmentasi yang lebih presisi, serta menyalurkan pembiayaan ke borrower yang berkualitas," katanya.

Dengan pendekatan itu, Entjik meyakini industri fintech lending dapat tetap tumbuh secara sehat dan berkelanjutan ke depannya. 

Fintech lending PT Indonusa Bara Sejahtera (OVO Finansial) juga mengaku berusaha untuk menjaga kelangsungan hidup dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dan machine learning untuk mendorong kinerja.

"Hal itu dapat meningkatkan kualitas layanan dan efisiensi operasional," ungkap Direktur Utama OVO Finansial Riady Nata kepada Kontan.

Riady menyampaikan terdapat tantangan yang dapat memengaruhi kinerja ke depannya, yakni masih adanya bayang-bayang pelemahan daya beli masyarakat sehingga perlu diantisipasi. Untuk itu, OVO Finansial akan berinovasi agar dapat memberikan manfaat bagi para mitra dan pelanggan melalui adopsi teknologi baru, optimalisasi proses, penerapan manajemen risiko serta penilaian kredit yang cermat.

"Ditambah, mengoptimalkan pengambilan keputusan berbasis data untuk menjaga tingkat keberhasilan bayar (TKB)," kata dia.

Selain itu, OVO Finansial akan mengoptimalkan produk-produk yang inovatif dan melayani pinjaman digital yang tergabung dalam ekosistem Grab dan OVO, yaitu OVO PayLater. Hingga 7 Desember 2025, Tingkat Keberhasilan Bayar atau TKB90  OVO Finansial sebesar 96,24%. Adapun total pembiayaan yang disalurkan sejak berdiri hingga saat ini mencapai Rp 4,39 triliun. 

Selanjutnya: Serikat Petani Sawit Nilai Penerapan B50 Bakal Bebani Laju Ekspor 2026

Menarik Dibaca: Kehabisan Gaji Pasca PHK? Ini Solusi Finansial tanpa Stres dan Tetap Stabil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×