Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Profit Taking
Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, saham ARTO memang menjadi salah satu primadona, dengan mencatatkan lonjakan 2.195,09%. Meski begitu, hingga memasuki pertengahan Februari 2022, performa ARTO tampak kurang cemerlang.
Secara year to date, saham ARTO merosot 6,56%. Sedangkan pada perdagangan pekan ini, ARTO parkir di zona merah. Pada Jumat (11/2), harga saham ARTO ditutup turun 150 poin atau 0,99% ke level Rp 14.950.
Wawan menilai, valuasi ARTO terbilang sangat tinggi, sehingga wajar saja bila investor yang masuk pada tahun lalu melakukan profit taking.
"Saham ARTO akan bisa terus naik sepanjang ekspektasi investor selama ini terus terjaga atau dapat dilihat pada kinerja ARTO terutama full year 2021," terangnya.
Raditya juga mengamini. Dalam pengamatannya, penurunan saham ARTO seiring banyak investor yang mulai melakukan aksi profit taking. Apalagi, pada tahun 2021 ARTO berhasil mengalami kenaikan yang signifikan, dengan meroket 348,7%.
Baca Juga: Ekspansi ke Ranah Digital, Perbankan Dirikan dan Perkuat Anak Usaha Modal Ventura
Lewat aksi profit taking, seller pun masih mendominasi pada pergerakan harga saham ARTO hingga hari ini. Meski begitu, secara teknikal, Raditya merekomendasikan beli saham ARTO pada area support-nya.
ARTO sedang berada di area suport level Rp 14.500 - Rp 14.700. Apabila, berhasil rebound di suport ini, secara short term ARTO diproyeksikan bisa menguat ke level Rp 16.000 - Rp 16.500. Namun, apabila suport tertembus, maka Raditya menaksir saham ARTO bakal melemah ke level Rp 13.400 - Rp 13.500.
Sementara menurut Okie, terlepas dari valuasinya yang cukup premium, faktor pemulihan kinerja dapat menjadi pemicu pada kenaikan nilai perusahaan. Okie pun merekomendasikan beli untuk saham ARTO dengan target Rp 18.450.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News