Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Beberapa langkah telah diambil BRI untuk menjaga kualitas aset, termasuk di dalamnya percepatan proses restrukturisasi kredit. Saat ini, BRI masih mendata proses restrukturisasi kredit sesuai dengan acuan baru OJK.
Bank Mandiri pun masih terus mempersiapkan skenario untuk mengukur seberapa besar dampak Covid-19 terhadap bisnis perseroan. Rully Setiawan, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri bilang, pihaknya tengah mengkalkulasi impact pandemi itu terhadap kemampuan debitur membayar kewajibannya dan NPL.
Baca Juga: Pensiunan ASN dan pejabat negara bisa ambil uang pensiun di ATM BRIsyariah
"Bank Mandiri juga menindaklanjuti POJK terkait restrukturisasi. Sampai dengan Februari kinerja Bank masih baik dan belum terdampak langsung dengan covid-19, begitu juga NPL masih baik," kata Rully.
Meski skenario tersebut belum rampung, manajemen Bank Mandiri dalam riset Mirae Sekuritas yang dirilis Senin (30/3) memperkirakan sekitar Rp 16 triliun-Rp 17 triliun dari kredit yang berpotensi memburuk itu bisa meningkat jadi NPL jikalau Covid-19 masih berlangsung hingga akhir 2020.
Bank Mandiri melihat Covid-19 akan berdampak besar terhadap kredit di segmen wholesale. Dampak ke segmen UKM akan lebih rendah dari wholesale tersebut. Sementara segmen mikro dan konsumer diperkirakan akan lebih aman dalam periode singkat karena kebanyakan dari mereka adalah penghasil tetap.
Sementara PT Bank Mayapada Tbk saat ini masih me-review kredit-kredit yang terdampak oleh perlambatan ekonomi akibat penyebaran Covid-19 sat ini. Sehingga perseroan belum rampung menghitung besaran dampaknya terhadap pemburukan kualitas aset dan potensi kenaikan NPL. "Namun dampaknya praktis ke semua sektor," kata Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada.
Baca Juga: Bisa paksa konsolidasi LJK, apa pertimbangan yang dipakai OJK?
Penyaluran kredit perbankan semakin melambat. Data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit pada Februari 2020 tercatat hanya tumbuh 5,5% year on year (YoY) menjadi Rp 5.544 triliun, melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 5,7% YoY. Perlambatan itu terjadi baik pada debitur korporasi maupun perorangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News