kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Racikan strategi BI dalam antisipasi tekanan


Rabu, 16 Juli 2014 / 15:47 WIB
Racikan strategi BI dalam antisipasi tekanan
ILUSTRASI. Moms Wajib Coba Nih, Ini 5 Gerakan Freeletics yang Ampuh Mengecilkan Perut Buncit


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BALI. Selama tiga setengah tahun terakhir, Bank Indonesia menggunakan model bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dalam mengantisipasi setiap tekanan internal maupun eksternal yang dapat mengganggu dinamika perkembangan ekonomi Indonesia.      

Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo mengungkapkan, bauran kebijakan tersebut mencakup kebijakan suku bunga, menjaga volatilitas nilai tukar, mengatasi arus modal, kebijakan makro prudensial dalam pemberian kredit untuk mendorong ekonomi serta penguatan koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah.      

Model kebijakan tersebut, kata Agus, mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5,9% dalam lima tahun terakhir. Selain itu, model kebijakan tersebut relatif positif dan stabil dalam menghadapi krisis global 2008-2009.

Meski begitu, pengembangan model riset kebijakan harus disesuaikan dengan dinamika perkembangan ekonomi agar mampu mengantisipasi berbagai tekanan yang dapat menyebabkan gejolak. "Kami menyadari model kebijakan yang ada, belum seluruhnya mampu mengantisipasi kompleksitas dan dinamika lingkungan ekonomi serta proses ekonomi dan moneter secara keseluruhan," kata Agus dalam sambutan pembukaan Konferensi EcoMod 2014 di Bali, Rabu (16/7).

Agus mengatakan model kebijakan ekonomi yang salah, telah melahirkan krisis 1997-1998 yang menyulitkan kondisi perekonomian nasional dan merusak tatanan ekonomi yang telah terjaga selama bertahun-tahun.

Lebih lanjut Agus mengungkapkan, pihaknya menyadari masih memiliki kelemahan dalam model kebijakan ekonomi. Bank sentral pun harus mengatisipasi perubahan ekonomi dari waktu ke waktu.

"Kami tidak boleh terlalu percaya diri dengan model yang ada. Ketidakakuratan model dapat mendorong kepada analisa yang salah dan akhirnya melahirkan keputusan yang tidak akurat. Ini bisa menyebabkan bencana," kata Agus.      
      
Agus menambahkan pertemuan konferensi "International Conference on Economic Modeling" atau EcoMod ini sangat baik untuk memberikan saran maupun memperbaharui keilmuan yang dapat memberikan manfaat dan mempengaruhi proses pengambilan kebijakan di Bank Indonesia.

Konferensi "International Conference on Economic Modeling" atau EcoMod merupakan hasil kerja sama Bank Indonesia dengan EcoMod Network yang berkantor pusat di Belgia, yang dihadiri 154 peserta dari kalangan akademisi serta para periset bank dalam dan luar negeri. EcoMod Network merupakan forum penelitian non-profit bagi praktisi maupun akademisi berbagai bidang ilmu dari seluruh dunia yang dibentuk untuk pengembangan  modeling  dan teknik statistik dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan.       

Konferensi ini merupakan sarana pertukaran pemikiran  dan berbagi pengalaman antara para ahli ekonomi dunia khususnya dalam upaya pengembangan model-model ekonomi dalam mendukung pembuatan kebijakan pada sektor publik maupun swasta.

Total paper terpilih yang dipresentasikan selama tiga hari konferensi berjumlah 120 topik yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, bank sentral, dan lembaga penelitian dari 52 negara antara lain Inggris, Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Turki dan India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×