kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,21   13,90   1.53%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ragu menelan insentif revaluasi aset


Senin, 26 Oktober 2015 / 11:00 WIB
Ragu menelan insentif revaluasi aset


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sejumlah bank dan perusahaan finansial masih maju-mundur memanfaatkan iming-iming diskon pajak revaluasi aset. Sebab di balik tawaran manfaat, tersimpan jebakan batman yang dilematis bagi industri finansial.

Betapa tidak. Satu sisi, pembaruan nilai aset akan mengerek nilai asetnya. Nilai aset bertambah, otomatis mereka bisa memperbesar kapasitas penyaluran kredit hingga mengail pendanaan lebih besar.

Namun di lain sisi, kenaikan nilai aset ini juga membawa konsekuensi: iuran tahunan yang harus disetorkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertambah besar. OJK memang menetapkan iuran industri keuangan berdasarkan total nilai aset.

Mulai tahun ini, industri keuangan harus membayar penuh (full) iuran tahunan dengan tarif sebesar 0,045% dari total aset.

Sebagai catatan, diskon pajak revaluasi aset dari 10% menjadi 3%-6% tertuang di Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015. Program ini masuk Paket Ekonomi Jilid V.

Budi G. Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, menyatakan, revaluasi aset memang bisa mendongkrak rasio kecukupan modal (CAR) bank dan batas maksimum pemberian kredit (BMPK).

"Tapi perlu diperhatikan, ada cashflow dan biaya depresiasi yang timbul karena proses revaluasi aset," kata Budi kepada KONTAN, kemarin.

Toh, Bank Mandiri sudah memastikan ikut program revaluasi aset. Jika dihitung ulang dengan nilai pasar sekarang, aset tetap Bank Mandiri bakal melejit dari Rp 7 triliun menjadi Rp 45 triliun hingga Rp 50 triliun.

Nah, hitung punya hitung, jika menggunakan basis data laporan keuangan Juni 2015, Bank Mandiri harus menambah iuran OJK sekitar Rp 20 miliar menjadi sekitar Rp 430,65 miliar karena revaluasi aset tersebut.

Selain Bank Mandiri, PT Taspen dan PT Jiwasraya juga berencana merevaluasi asetnya tahun ini. Iqbal Latanro, Direktur Utama Taspen, menegaskan, revaluasi aset bakal menguntungkan PT Arthaloka, anak usaha Taspen di sektor properti.

Hitungan Iqbal, laba Arthaloka bisa terkerek 5%-7% dari revaluasi aset. Namun sejumlah bank memilih untuk mengkaji plus minus revaluasi aset.

"Kami perlu waktu untuk melakukan penilaian fixed asset fisik," kata Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI.

Haru menepis jika pilihan BRI itu berkaitan dengan potensi kenaikan iuran OJK akibat revaluasi aset. "Penambahan setoran iuran OJK akibat revaluasi aset tidak akan signifikan," ujar Haru.

Bank Negara Indonesia (BNI) juga masih menimbang plus minus revaluasi aset. "Iuran ke OJK otomatis akan bertambah. Kami akan menghitung kemampuan ekspansi jika melakukan revaluasi," ucap Achmad Baiquni, Direktur Utama BNI.

Maryono Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN), juga masih mempelajari relaksasi pajak revaluasi aset itu. "Dampak positifnya, pemberian kredit jadi meningkat," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×