kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rasio likuiditas bank syariah melonggar


Selasa, 11 Oktober 2016 / 06:10 WIB
Rasio likuiditas bank syariah melonggar


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ibarat dua sisi, permintaan kredit yang masih seret membawa keuntungan dalam bentuk likuiditas yang melimpah bagi perbankan. Alhasil, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) ini turut melonggarkan rasio likuiditas perbankan.

Tak cuma perbankan konvensional, likuiditas perbankan syariah pun melonggar. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2016, DPK perbankan syariah meningkat 12,54% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 243 triliun dari Rp 216 triliun di Juli 2015.

Pada periode yang sama, penyaluran pembiayaan tumbuh tipis 7,47% dari Rp 204,8 triliun menjadi Rp 220,1 triliun pada Juli 2016.

Alhasil, rasio likuiditas perbankan syariah atawa financing to deposit ratio (FDR) membaik ke level 90,57% per Juli 2016. Beberapa tahun belakangan, rasio likuiditas perbankan syariah selalu berada di atas level 90%.

Direktur Wholesale Banking PT Bank Syariah Mandiri (BSM) Kusman Yandi menuturkan, pihaknya mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 9,8% menjadi Rp 65,13 triliun per Agustus 2016.

Sementara dari segi pembiayaan, bank syariah dengan aset terbesar ini tumbuh lebih rendah atau sebesar 6,43% menjadi menjadi Rp 52,77 triliun dari Rp 49,58 triliun secara tahunan.

“Pembiayaan segmen mikro, konsumer dan komersial tumbuh cukup baik tapi segmen corporate banking masih negatif growth,” kata Kusman kepada KONTAN, Senin (10/10).

Dus, rasio likuiditas BSM membaik menjadi sebesar 80,81% per Agustus 2016. Angka ini lebih rendah ketimbang FDR Agustus 2015 yang bertengger di level 83,35%. Kusman mengatakan, pihaknya mempertahankan rasio likuiditas di kisaran 80% hingga akhir tahun nanti.

Sebab, BSM bakal selektif menyalurkan pembiayaan di tengah kondisi ekonomi yang melambat. Sedikit berbeda, pertumbuhan DPK dan pembiayaan PT Bank Syariah Bukopin (BSB) tetap tinggi di kuartal III lalu.

Direktur Bisnis BSB Aris Wahyudi BSB mengatakan, pertumbuhan DPK sebesar 25,1% menjadi Rp 5,43 triliun per September 2016. Pada periode sama, pembiayaan BSB meningkat 24% menjadi Rp 4,77 triliun. Dus, rasio likuiditas BSB sebesar 87,84% per akhir September 2016.

Aris menyatakan, pihaknya tetap melakukan ekspansi pembiayaan, khususnya di segmen yang dinilai kebal krisis ekonomi. BSB membidik pembiayaan sektor pendidikan, kesehatan, dan pembiayaan rumah.

“Sektor perdagangan juga, tetapi selektif sesuai daya beli masyarakat,” imbuh Aris.

Contoh lain yang mengalami perbaikan FDR yakni PT BNI Syariah. Per Agustus 2015 silam, rasio likuiditas BNI Syariah sebesar 91,37%. Rasio likuiditas BNI Syariah menurun drastis ke level 84,14% pada Agustus 2016.

Hingga Agustus 2016, pembiayaan BNI Syariah naik 12,4% menjadi Rp 18,94 triliun. Sedangkan DPK tumbuh 22,07% menjadi Rp 22,51 triliun pada periode sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×