Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar modal yang volatile menekan kinerja investasi perusahaan asuransi jiwa. Meski begitu sektor industri ini dinilai masih akan banyak mengandalkan penampatan investasi di instrumen berbasis ekuitas.
Menurut Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim, strategi investasi asuransi jiwa masih akan mengandalkan instrumen investasi jangka panjang. Hal ini untuk menyesuaikan karakteristik liabilitas yang juga berlangsung dalam jangka waktu cukup lama.
Makanya instrumen investasi jangka panjang tak bisa dilepaskan begitu saja oleh pelaku usaha. Terlebih secara historis, tren imbal dari instrumen berbasis ekuitas biasanya lebih besar ketimbang keranjang lain.
Meski begitu, ia mengakui tren pergeseran akan tetap terjadi. Khususnya untuk memprioritaskan penempatan dana investasi ke instrumen reksadana. Pasalnya risiko instrumen ini terbilang lebih terukur ketimbang saham.
“Saya lihat di reksadana kinerjanya lebih stabil sehingga bisa jadi semakin dipilih untuk penempatan investasi," kata dia belum lama ini.
Sejauh ini keranjang reksadana memang jadi tempat penempatan dana investasi terbesar dari pelaku industri. Bahkan ia memperkirakan, sampai tutup tahun nanti porsi investasi asuransi jiwa di instrumen tersebut bisa makin mendekati 40%.
Sementara mengintip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juli 2018 kemarin porsi investasi reksadana mencapai 35,3% dari total dana investasi asuransi jiwa yang mencapai Rp 458,3 triliun. Posisi kedua diisi instrumen saham dengan porsi sebesar 30%.
Berikutnya surat berharga negara sebesar 13,3% lalu deposito sebanyak 8,5%. Sementara penempatan di obligasi korporasi tercatat sebesar 6,6%.
Memprioritaskan investasi reksadana juga dilakukan PT Asuransi Jiwa Taspen alias Taspen Life. Bahkan Direktur Utama Taspen Life Maryoso Sumaryono bilang saat ini porsi investasi perusahaannya di keranjang tersebut sudah lebih dari 50% terhadap total dana investasi.
Walaupun kondisi pasar modal masih lesu, ia memperkirakan tak akan banyak terjadi perombakan portofolio. Pasalnya pelemahan yang terjadi saat ini dinilai sebagai kondisi temporer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News