kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.462   -30,39   -0,41%
  • KOMPAS100 1.155   -4,60   -0,40%
  • LQ45 914   -6,43   -0,70%
  • ISSI 227   0,61   0,27%
  • IDX30 470   -4,56   -0,96%
  • IDXHIDIV20 567   -5,69   -0,99%
  • IDX80 132   -0,48   -0,36%
  • IDXV30 141   0,34   0,24%
  • IDXQ30 157   -1,24   -0,78%

Rencana Cadangan BTN untuk Menebus Obligasi


Rabu, 20 Agustus 2008 / 21:46 WIB
Rencana Cadangan BTN untuk Menebus Obligasi


Reporter: Arthur Gideon | Editor: Test Test

JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) mengaku telah siap menebus obligasi senilai Rp 750 miliar yang jatuh tempo 2 Oktober 2008. BTN sudah punya dua sumber dana, pertama utang murni dari PT Sarana Multi Griya Finansial (SMF) senilai Rp 500 miliar. Kedua, sisanya menggunakan dana pihak ketiga (DPK) sembari cari pendanaan lain.

BTN mengambil langkah ini karena rencana penerbitan obligasi baru senilai Rp 1 triliun tak bisa jalan mulus lantaran terjadi gejolak di pasar keuangan.

Wakil Direktur Utama BTN Evi Firmansyah mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan pinjaman dana dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) sebesar Rp 500 miliar dengan tenor lima tahun. "Itu sudah kami dapatkan pada bulan Juni lalu," tuturnya Rabu (20/8). Sisanya sebesar Rp 250 miliar, diambil BTN dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

Tapi karena duit yang berasal dari DPK tersebut sifatnya jangka pendek maka BTN harus segera merealisasikan rencana menggadaikan aset kredit perumahan mereka kepada SMF atau lebih dikenal dengan sekuritisasi aset dengan metode Kontrak Investasi Kolektif - Efek Beragun Aset (KIK-EBA).

Rencana ini masih terganjal karena aturan pengalihan jaminan atas tanah dan rumah yang hingga kini belum selesai. Kalau aturan ini selesai BTN optimistis bisa mendapat duit pendanaan Rp 500 miliar. Evi berharap pada bulan Oktober sekuritisasi sudah bisa terlaksana.

Skenario kedua ini meluncur, setelah rencana penerbitan obligasi XIII dengan nilai Rp 1 triliun batal karena kondisi pasar sedang lesu. Selain itu kalau memaksa penerbitan obligasi, BTN harus bersaing dengan pemerintah yang ingin menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI) dan penerbitan sukuk perdana.

Meski sedang sibuk mencari dana untuk melunasi utang, BTN mengaku saat ini tak mengalami kesulitan likuiditas. Evi mengaku bahwa mereka masih mempunyai beberapa simpanan duit di obligasi yang bisa mereka cairkan jika kekurangan likuiditas. "Simpanan kami di obligasi masih ada sekitar Rp 7 triliun," tambahnya.

Jika melihat laporan keuangan semester pertama 2008, rasio pengucuran DPK ke kredit di BTN cukup besar karena mencapai angka 99,5%. Artinya, hampir semua dana masyarakat yang mereka himpun sudah tersalur kembali dalam bentuk kredit. Sebagian besar kredit BTN adalah rumah sederhana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×