Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempertimbangkan perpanjangan kebijakan relaksasi kredit yang berakhir pada Maret 2022. Rencana tersebut dengan pertimbangan, upaya pemulihan ekonomi nasional terhambat pembatasan mobilitas masyarakat akibat lonjakan angka positif Covid-19.
OJK melihat, pembatasan mobilitas masyarakat akibat meningkatnya angka yang terpapar Covid-19 ibisa menyebabkan upaya pemulihan ekonomi yang dijalankan pemerintah terhambat.
OJK melihat,potensi melakukan perpanjangan lanjutan restrukturisasi kredit di sektor perbankan. Selama ini sudah diatur dalam POJK Nomor 48/POJK.03/2020.Dan restrukturisasi pembiayaan di Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank berdasarkan Peraturan OJK Nomor 58/POJK.05/2020.
“Perpanjangan beleid ini untuk memberikan ruang bagi perbankan dan dunia usaha bertahan serta melanjutkan usaha mereka menopang pemulihan perekonomian nasional. Keputusan resmi OJK akan dikeluarkan paling lambat akhir Agustus 2021. Saat ini rencana perpanjangan kembali POJK No. 48/2020 masih dalam pengkajian di internal OJK,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, dalam paparan daring, Minggu (8/8).
Direktur Center of Information and Develompment Studies (CIDES), Umar Juoro menjelaskan, proogram restruktusasi kredit sangat membantu Terutama para debitur karena sedang menghadapi masalah cash flow. Kredit bermasalah alias NPL relatif bisa dikelola dengan baik.
Hingga Maret 2021, nilai restrukturisasi kredit perbankan mencapai Rp 999,7 triliun untuk 7,97 juta debitur. Sebanyak Rp 392 triliun dari jumlah ini diajukan oleh 6,17 juta debitur dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi pihak paling terdampak pandemi.
“Restrukturisasi sektor perbankan Rp 900-an triliun, sekarang sudah turun jadi sekitar Rp 700-an triliun, kalau dilihat dari sektor riilnya, angka itu sangat luar biasa bagi pergerakan ekonomi. Restruktutisasi ini menggambarkan kesulitan yang dialami,” papar Umar.
Terkait rencana perpajangan restrukturisasi di Agustus ini sekarang tergantung perbankan. “”Setahu saya, bank-bank BUKU III dan IV sudah menyiapkan provisi,” ujar Umar lagi.
Umar Juoro meyakini begitu kasus pandemi turun, kegiatan ekonomi akan langsung tumbuh karena pada dasarnya tidak ada kerusakan alat produksi dan distribusi. Namun, yang terjadi adalah penghentian atau pengurangan aktivitas bisnis, sehingga pemulihan ekonomi sangat tergantung dengan seberapa cepat Indonesia dapat mengatasi pandemi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News