Reporter: Ferrika Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Permodalan Nasional Madani (PNM) kian menanjak. Alhasil, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merevisi target pembiayaan dari Rp 14 triliun menjadi Rp 16,6 triliun di 2019.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi optimistis mencapai target tersebut. Apalagi, sampai September 2019, PNM telah salurkan pembiayaan sebesar Rp 15,79 triliun, atau meningkatkan 84,17% yoy. Dari jumlah itu, program PNM Mekaar berkontribusi 82,20% dan sisanya PNM ULaMM.
“Kami akan mengsahakan terbaik [target pembiayaan 2019]. Dan pembiayaan Rp 16,6 triliun merupakan target minimal,” kata Arief kepada Kontan.co.id, pekan lalu.
Baca Juga: Askrindo mendukung pengembangan dunia pendidikan lewat mobil pintar
Naiknya pembiayaan PNM berkat pertumbuhan program PNM Mekaar serta pertambahan jumlah kantor cabang. Sampai September 2019 saja, jumlah kantor cabang PNM tembus 2.792 kantor, atau naik 17,31% yoy. Kantor cabang ini tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Biasanya, penambahan kantor cabang akan membebani biaya operasional. Pihaknya mengakui adanya kenaikan biaya operasional tapi hal tersebut bisa ditutupi oleh pendapatan yang dikantongi perusahaan. Nantinya jumlah kantor cabang ini untuk memenuhi target pembiayaan bagi 10 juta nasabah di 2023.
“Pelan-pelan [nambah cabang] tapi itu nanti. Yang jelas, pertambahan ini disesuaikan dengan rencana pertumbuhan nasabah untuk penyaluran pembiayaan produktif di setiap kantor,” tambah Arief.
Baca Juga: Saham second liner menguat dipengaruhi aksi tukar portofolio oleh investor
Meski mencatatkan kinerja optimal, tapi PNM belum puas. Arief masih berambisi untuk menggaet 6 juta nasabah tahun ini, di mana sekarang baru mencapai 5,41 juta nasabah baik dari program ULaMM maupun Mekkar.
Sementara total outstanding pembiayaan PNM per September 2019 senilai Rp 15,89 triliun. Nilai ini tumbuh 55,43% yoy dari pencapaian outstanding September 2018 lalu sebesar Rp 10,22 triliun.
Kendati jumlah penyaluran pembiayaan dan outstanding terus naik, PNM mampu menjaga kualitas pembiayaan. Hal ini tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah atau non performing loan (NPL) yang terus membaik. Pada September 2018, NPL berada pada posisi 1,81%. Rasio NPL ini terus ditekan hingga menjadi 1,57% per September 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News