Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan di Indonesia akan fokus pada pemanfaatan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan pendapatan dan customer engagement. Hal ini seiring dengan perubahan perilaku nasabah yang serba digital/
Laporan Fintech and Digital Banking 2025 (Asia Pacific) IDC InfoBrief edisi kedua yang dilakukan Backbase menunjukkan, perbankan di Indonesia sedang mempercepat laju investasi pada sektor teknologi untuk menjawab tantangan pasar dalam berkompetisi dengan sektor fintech dan platform digital lifestyle.
Kekuatan bank digital di Indonesia menjadi kunci keberhasilan institusi finansial dalam pemulihan ekonomi di masa pandemi. Perbankan digital juga mampu memenuhi kebutuhan nasabah yang terus berubah.
Laporan itu menyoroti jumlah masyarakat tanpa rekening bank di Indonesia diperkirakan akan berkurang hingga di bawah 20% pada 2025. Bank-bank terkemuka telah memfasilitasi setidaknya 50% dari pertumbuhan transaksi dan interaksi pelanggan secara digital.
Baca Juga: Digitalisasi bakal membuat perbankan semakin efisien di 2021
“Dengan semakin meningkatnya tantangan dari fintech dan platform digital lifestyle, bank-bank konvensional di Indonesia semakin menyadari kebutuhan untuk berinvestasi pada teknologi. Dengan berinvestasi pada sistem arsitektur modular, akan memungkinkan institusi keuangan untuk membuat dan mengubah proses, produk, atau kanal bisnisnya sesuai kebutuhan dan memenuhi perubahan kebutuhan nasabah Indonesia dengan lebih baik,” ujar Regional Director for ASEAN & South Asia, Backbase, Riddhi Dutta dalam keterangan tertulis pada Kamis (25/3).
Lebih lanjut, pemimpin pasar perbankan dan pemain baru dalam industri perbankan akan memperebutkan pangsa pasar yang sama dan bersaing sebagai penyedia layanan digital-first. Sementara itu, lanskap perbankan Asia Pasifik telah ditinggalkan oleh banyak pemain neo bank dan perusahaan fintech akibat pandemi COVID-19.
Namun IDC memperkirakan akan ada 100 kompetitor baru dari seluruh wilayah Asia Pasifik pada tahun 2025. Melalui kehadiran kompetitor baru yang menawarkan layanan pasca pandemi yang lebih kuat, setidaknya akan menghadirkan dua bank digital di setiap pasar Asia Pasifik yang akan menjadi tantangan berarti bagi pemimpin pasar perbankan.
Beberapa perusahaan fintech yang telah meraih pangsa pasar yang cukup besar pada tahun 2019 juga merasakan keberhasilan dan telah meraih pangsa pasar yang lebih besar daripada yang diharapkan. Kategori fintech yang menunjukkan kesuksesan meliputi layanan pembayaran, wealth advisory, layanan alternative data, platform pinjaman online, dan pembuatan rekening online (account origination).
Sementara itu, bank konvensional semakin fokus merespon perubahan perilaku konsumen. IDC memperkirakan setidaknya 40% dari nasabah perbankan di Indonesia akan mendapatkan layanan onboarding oleh bank atau pihak ketiga dan layanan e-KYC pada tahun 2025.
Pada saat yang sama, bank-bank Tier 1 dan Tier 2 di Indonesia akan menawarkan setidaknya lima layanan ekosistem digital lifestyle. Tidak mengherankan jika bank digital di seluruh Asia Pasifik mengalami pertumbuhan nasabah tiga kali lipat dibandingkan dengan bank konvensional pada tahun 2019/2020.
Inisiatif inovasi diharapkan akan terjadi pada tahun 2021 dan kemungkinan besar akan memiliki peluang sukses yang lebih tinggi karena pelaku perbankan tengah merestrukturisasi tim pengembangan dan operasional. Sebanyak 50% dari bank tier 1 sudah memiliki framework yang tepat guna.
Baca Juga: Biaya dana rendah, dana murah melimpah, margin bank berpotensi naik
Investasi pada sektor digital juga telah membuahkan hasil: bank memiliki layanan yang lebih baik untuk mendapatkan pelanggan baru, memperluas share of wallet, dan menawarkan lebih banyak produk. 44% dari 250 bank terkemuka di Asia Pasifik akan memanfaatkan platform dengan modernisasi terkomponen dan pemanfaatan API.
Pengeluaran belanja teknologi untuk tata kelola, risiko, dan kepatuhan (GRC) mengalami pertumbuhan hingga dua digit pada tahun 2019 hingga 2020, sementara bidang investasi lainnya tertinggal.
Salah satu dampak dari penurunan ekonomi adalah layanan pelanggan yang lebih humanis dan berorientasi pada nasabah. Perbankan perlu menjalin komunikasi dengan nasabah dengan mengedepankan empati, kepercayaan, dan keandalan yang ditunjang dengan inovasi digital. Proses integrasi sentuhan manusia dalam strategi customer engagement perbankan telah mengalami peningkatan, terlihat dari semakin tingginya pemanfaatan layanan contact center oleh pelanggan.
Edisi terbaru Fintech and Digital Banking 2025 (APAC) menemukan bahwa 60% bank di Asia Pasifik akan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) atau Machine Learning (ML) untuk pengambilan keputusan berbasis data, meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 48%.
Tren back-to-basic juga telah menggantikan kebutuhan akan sumber pendapatan baru. Pada sektor layanan keuangan Indonesia pasca pandemi, IDC memperkirakan bahwa bank-bank terkemuka di Indonesia akan mengurangi pengeluaran modal (capex) sebesar 10% untuk mengelola core banking system, termasuk sistem multichannel.
Bank-bank di kawasan Asia Pasifik juga akan berfokus pada digitalisasi layanan pinjaman dan simpanan mereka. Penyediaan layanan baru perbankan akan diperoleh dari kemitraan dengan fintech: IDC memperkirakan pada pertengahan 2021, 50% dari keputusan pemberian pinjaman oleh perbankan ritel akan didukung oleh layanan fintech, sehingga menunjukkan percepatan kolaborasi bank dengan fintech.
Selanjutnya: OJK dorong transformasi digital untuk perluas jangkauan jasa keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News