kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Riset Backbase: Perbankan Indonesia genjot investasi IT di tengah gempuran fintech


Kamis, 25 Maret 2021 / 18:35 WIB
Riset Backbase: Perbankan Indonesia genjot investasi IT di tengah gempuran fintech
ILUSTRASI. Penggunaan aplikasi perbankan digital.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan di Indonesia akan fokus pada pemanfaatan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan pendapatan dan customer engagement. Hal ini seiring dengan perubahan perilaku nasabah yang serba digital/

Laporan Fintech and Digital Banking 2025 (Asia Pacific) IDC InfoBrief edisi kedua yang dilakukan Backbase menunjukkan, perbankan di Indonesia sedang mempercepat laju investasi pada sektor teknologi untuk menjawab tantangan pasar dalam berkompetisi dengan sektor fintech dan platform digital lifestyle.

Kekuatan bank digital di Indonesia menjadi kunci keberhasilan institusi finansial dalam pemulihan ekonomi di masa pandemi. Perbankan digital juga mampu memenuhi kebutuhan nasabah yang terus berubah.

Laporan itu menyoroti jumlah masyarakat tanpa rekening bank di Indonesia diperkirakan akan berkurang hingga di bawah 20% pada 2025. Bank-bank terkemuka telah memfasilitasi setidaknya 50% dari pertumbuhan transaksi dan interaksi pelanggan secara digital.  

Baca Juga: Digitalisasi bakal membuat perbankan semakin efisien di 2021

“Dengan semakin meningkatnya  tantangan dari fintech dan platform digital lifestyle, bank-bank konvensional di Indonesia semakin menyadari kebutuhan untuk berinvestasi pada teknologi. Dengan berinvestasi pada sistem arsitektur modular, akan memungkinkan institusi keuangan untuk membuat dan mengubah proses, produk, atau kanal bisnisnya sesuai kebutuhan dan memenuhi perubahan kebutuhan nasabah Indonesia dengan lebih baik,” ujar Regional Director for ASEAN & South Asia, Backbase, Riddhi Dutta dalam keterangan tertulis pada Kamis (25/3).

Lebih lanjut, pemimpin pasar perbankan dan pemain baru dalam industri perbankan akan memperebutkan pangsa pasar yang sama dan bersaing sebagai penyedia layanan digital-first. Sementara itu, lanskap perbankan Asia Pasifik telah ditinggalkan oleh banyak pemain neo bank dan perusahaan fintech akibat pandemi COVID-19.

Namun IDC memperkirakan akan ada 100 kompetitor baru dari seluruh wilayah Asia Pasifik pada tahun 2025. Melalui kehadiran kompetitor baru yang menawarkan layanan pasca pandemi yang lebih kuat, setidaknya akan menghadirkan dua bank digital di setiap pasar Asia Pasifik yang akan menjadi tantangan berarti bagi pemimpin pasar perbankan.

Beberapa perusahaan fintech yang telah meraih pangsa pasar yang cukup besar pada tahun 2019 juga merasakan keberhasilan dan telah meraih pangsa pasar yang lebih besar daripada yang diharapkan. Kategori fintech yang menunjukkan kesuksesan meliputi layanan pembayaran, wealth advisory, layanan alternative data, platform pinjaman online, dan pembuatan rekening online (account origination).

Sementara itu, bank konvensional semakin fokus merespon perubahan perilaku konsumen. IDC memperkirakan setidaknya 40% dari nasabah perbankan di Indonesia akan mendapatkan layanan onboarding oleh bank atau  pihak ketiga dan layanan e-KYC pada tahun 2025.

Pada saat yang sama, bank-bank Tier 1 dan Tier 2 di Indonesia akan menawarkan setidaknya lima layanan ekosistem digital lifestyle. Tidak mengherankan jika bank digital di seluruh Asia Pasifik mengalami pertumbuhan nasabah tiga kali lipat dibandingkan dengan bank konvensional pada tahun 2019/2020.

Inisiatif inovasi diharapkan akan terjadi pada tahun 2021 dan kemungkinan besar akan memiliki peluang sukses yang lebih tinggi karena pelaku perbankan tengah merestrukturisasi tim pengembangan dan operasional. Sebanyak 50% dari bank tier 1 sudah memiliki framework yang tepat guna.

Baca Juga: Biaya dana rendah, dana murah melimpah, margin bank berpotensi naik



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×