Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir berkomentar terkait dengan risiko suku bunga dan nilai tukar yang meningkat akhir-akhir ini. Risiko ini tercermin dalam hasil stress test yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).
Bob Tyasika Ananta, Direktur Manajemen Risiko BNI bilang terkait dengan risiko suku bunga tercatat tidak terlalu signifikan. "Hal ini karena jika suku bunga acuan naik maka akan berdampak positif ke pendapatan bunga bersih atau NII," kata Bob kepada Kontan.co.id, Kamis (17/5).
Risiko suku bunga ini tercermin dari gap antara aset and liability rupiah yang sensitif terhadap perubahan suku bunga. Berdasarkan ini, masih terhadap gap positif yaitu aset sensitif/variable rate lebih besar dibanding liability sensitif rate.
Berdasarkan catatan BNI, aset sensitif rate rupiah kurang lebih 65% dari total aset rupiah Sedangkan liabilty sensitif rate kurang lebih 22% dari total liability rupiah. Berdasarkan komposisi tersebut di atas, jumlah aset sensitif rate lebih besar 3,5X dari liability sensitif rate.
Terkait dengan potensi non performing loan (NPL), menurut Bob, BNI terus menerapkan risk management yang prudent pada setiap segmen dengan target high quality debitur sehingga NPL ratio tetap terjaga tidak lebih dr 2,3 % di akhir 2018.
Dengan melihat kondisi fundamental perekonomian Indonesia, volatilitas rupiah yang terjadi saat ini, BNI berharap risiko suku bunga dan nilai tukar ini diharapkan bersifat sementara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News