Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pengamat ekonomi Rizal Ramli tidak setuju jika Bank Mandiri mengambil alih atau melakukan akuisisi terhadap Bank Tabungan Negara (BTN). Sebab sebagai sesama bank berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tidak pantas jika saling caplok.
Menurut Rizal, secara kinerja, BTN memang masih memiliki beberapa persoalan mendasar. Seperti struktur pendanaan jangka panjang yang porsinya masih kurang. Padahal bisnis utama BTN adalah penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) yang merupakan pembiayaan jangka panjang.
“Ini yang harus diperbaiki oleh Direksi BTN dengan menyiapkan blue print yang tepat,” kata Rizal dalam orasi di tengah demonstrasi Serikat Pekerja BTN menolak akuisisi BTN di Kantor Pusat BTN di Jakarta, Minggu, (20/4).
Kekurangan lain adalah tingginya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang mencapai 4,05% di akhir tahun lalu. Ini menurut Rizal juga harus dibenahi secepat mungkin agar BTN menjadi bank yang lebih sehat.
“Tapi ini tidak bisa dijadikan pembenaran bagi Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk mencari gampangnya saja, mendorong BTN diakuisisi Bank Mandiri,” ujar Rizal.
Rizal menyayangkan jika eksistensi BTN ditiadakan mengingat Bank BUMN ini memiliki sejarah kontribusi cukup panjang di perbankan Indonesia, terutama dalam hal pembiayaan perumahan. Selain itu, tidak pantas jika antar Bank BUMN ini saling, bukannya bersinergi secara bisnis. “Bank Mandiri dan BTN ibarat kakak adik, masak harus saling memakan,” pungkas Rizal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News