Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah dalam beberapa waktu belakangan ini. Nilai tukar mata uang Garuda berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia hari ini (3/6) mencapai Rp 11.806 per dollar Amerika Serikat (AS) atau melemah 66 poin dibanding kemarin (2/6) yang sebesar Rp 11.740 per dollar AS.
Bahkan nilai tukar rupiah hari ini melemah 195 poin dibandingkan nilai tukar rupiah kurs tengah BI akhir pekan kemarin (30/5) yang diperdagangkan pada level Rp 11.611 per dollar AS.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa pergerakan nilai tukar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama yaitu pengaruh dari kondisi neraca perdagangan dan juga defisit transaksi berjalan yang pada triwulan II-2014 berdasarkan historis akan lebih tinggi.
"Seperti pada April kemarin menunjukkan defisit neraca perdagangan hampir US$ 2 miliar. Itu dari sisi fundamentalnya. Supply dan demand mempengaruhi. Kalau defisit, maka tentu demand-nya lebih tinggi dibanding pasokannya," jelas Perry di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/6).
Defisit neraca perdagangan pada April 2014 sebesar US$ 1,96 miliar. Pada April 2014, impor tercatat sebesar US$ 16,26 miliar, naik 11,93% dari Maret 2014. Sedangkan ekspor hanya sebesar US$ 14,29 miliar.
Faktor kedua yang turut mempengaruhi nilai tukar rupiah menurut Perry adalah kondisi ekonomi global yang masih kurang beruntung. Perry menjelaskan, dampak dari penerapan kebijakan bank sentral AS di mana pengurangan stimulus ekonomi alias tapering off yang terus berlanjut serta perlambatan ekonomi negeri Tiongkok.
Selain itu, lanjut Perry, risiko geopolitik di beberapa negara turut menimbulkan uncertainty terhadap keadaan ekonomi. "Sehingga dari sisi global maupun domestik mempengaruhi nilai tukar. Tentu saja kami berkomitmen menjaga bagaimana nilai tukar tetap stabil sesuai kondisi fundamentalnya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News