kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45894,81   -0,74   -0.08%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Bank Digital Masih Belum Menarik Kendati Kinerja Membaik


Rabu, 01 November 2023 / 19:34 WIB
Saham Bank Digital Masih Belum Menarik Kendati Kinerja Membaik
ILUSTRASI. Sejumlah bank digital terlihat mencatatkan kinerja yang positif selama sembilan bulan pertama tahun 2023.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah bank digital terlihat mencatatkan kinerja yang positif selama sembilan bulan pertama tahun 2023. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan kinerja kredit dan pendapatan bunga bersih, serta upaya bank untuk menghimpun dana pihak ketiga (DPK) yang juga terus meningkat.

Dari lima bank digital yang sudah merilis laporan keuangan hingga akhir Oktober ini, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) menjadi bank dengan perolehan laba bersih tertinggi di antara empat bank lainnya.

Allo Bank mencetak laba bersih sebesar Rp338,82 miliar di kuartal III 2023, naik 62% secara year on year (yoy) dari periode sama tahun lalu.

Laba tersebut ditopang perolehan pendapatan bunga bersih Allo Bank yang tumbuh 86,39% yoy menjadi Rp756,77 miliar per 30 Setember 2023. Penyaluran kredit dan DPK juga tumbuh masing-masing 2,25% yoy dan 19,85% yoy menjadi Rp 7,26 triliun dan Rp 4,89 triliun.

Baca Juga: Bank Raya Catat Kredit Digital Rp 943,5 Miliar di September 2023, Melesat 45,3%

Setelahnya, ada PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang mencetak laba bersih Rp 50,29 miliar, tumbuh 24% yoy pada sembilan bulan pertama 2023. Meski laba bersihnya tidak sebesar Allo Bank, namun Bank Jago menjadi bank dengan pendapatan bunga bersih terbesar dibandingkan 4 bank lainnya yang sudah merilis kinerja keuangan.

Pendapatan bunga bersih Bank Jago tembus, Rp 1,2 triliun, tumbuh 23% yoy. Kinerja kredit juga tumbuh 33% yoy menjadi Rp 10,9 triliun dan DPK tumbuh 41% menjadi Rp 10,3 triliun

Di sisi lain, PT Bank Aladin syariah Tbk (BANK) masih menderita rugi bersih, meskipun kerugian tersebut menyusut dari Rp 146,41 miliar menjadi Rp 145,73 miliar per kuartal III 2023. 

Sementara laba bersih PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) terkoreksi 54,81% yoy menjadi Rp 14,67 miliar per 30 September 2023. Salah satu penyebab penurun ini disebabkan oleh pendapatan bunga bersih yang terkoreksi sebesar 30,13% menjadi Rp359,24 miliar.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengatakan kinerja keuangan bank-bank digital yang tumbuh maupun terkoreksi pada sembilan bulan pertama 2023 ini, tidak berpengaruh pada harga saham bank tersebut.

Ia menyebut kinerja semua saham dari kelima bank digital tersebut sedang mengalami flat atau downtrend.

"Tidak ada pengaruh ke harga saham mereka, tetap sama karena harganya masih overvalued dibandingkan rata-rata emiten perbankan," kata Arjun kepada Kontan, Rabu (1/11).

Arjun menyebut penyebabnya adalah karena valuasi bank-bank digital tersebut tidak wajar, dan investor lebih memiliki kecenderungan untuk menjual atau melepas saham tersebut untuk beralih ke saham yang lebih kondusif.

Arjun juga mencermati, secara fundamental maupun prospek bisnisnya, saham bank-bank digital kalah bersaing dengan bank umum seperti bank BUMN dan bank lain. Saham-saham bank digital beberapa bulan terakhir bahkan mengalami downtrend, seperti ARTO dan BBHI.

"Jadi investor lebih kecenderung memilih saham tersebut sebagai opsi investasi dibandingkan bank digital yang sudah overvalued. Jadi rekomendasinya sell karena memang kurang prospektif," kata Arjun.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Perbankan Pasca BI Kerek Suku Bunga Acuan

Sementara itu Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mencermati, kinerja harga saham, cepat atau lambat tentu akan berkorelasi positif terhadap fundamental saham mereka. 

"Namun yang harus diperhatikan, apakah secara sentimen saat ini sudah mendukung atau belum. Hal ini menjadi pertimbangan pelaku pasar dan investor saat mereka memutuskan berinvestasi atau tidak pada saham saham tersebut," kata Nico kepada Kontan, Rabu (1/11).

Nico sendiri sejauh ini belum merekomendasikan saham bank digital.

Ia mencermati tantangan ke depannya adalah pada penetrasi bank digital tersebut, disertai dengan perkembangan ekosistem digital yang mereka miliki. Dia menyebut emiten-emiten teknologi sama dengan emiten-emiten bank digital yang memang membutuhkan ekosistem untuk berkembang. 

"Jika ekosistem berkembang, maka akan mempengaruhi user engagement dan mendorong peningkatan transaksi. Jadi bank digital yang mampu mengembangkan ekosistem dan berkolaborasi dengan industry lain, bank itu akan memegang pasar," jelas Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×