Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham bank-bank digital masih terus melanjutkan tren penurunan. Sepanjang tahun ini koreksinya cukup dalam.
Keberhasilan beberapa bank mengantongi untung pada kuartal III 2022, rupanya masih belum bisa mengangkat performa sahamnya.
Berdasarkan data RTI, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) ditutup terkoreksi 6,8% pada perdagangan Jumat (2/12) ke level Rp 4.200. Sepanjang tahun ini, ARTO sudah merosot 73,7%. Padahal bank ini sudah keluar dari kerugian dan membukukan laba bersih Rp 41 miliar selama sembilan bulan tahun ini.
Baca Juga: Kredit Menggeliat, Pendapatan Bunga Bersih Perbankan Meningkat
Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) ditutup turun 0,6% ke level Rp 795 dan sepanjang tahun ini sudah anjlok 67,6%. Saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) turun 0.9% ke level Rp 2.040 dan sepanjang tahun ini telah turun 48,5%.
Saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) ditutup naik 0,3% ke level Rp 1.360 tetapi sepanjang tahun ini sudah anjlok 40,6%. Adapun saham PT Bank Raya Indonesia (BRI) ditutup naik 5% ke level Rp 500 tetapi dalam setahun ini 72,4%.
Kenaikan harga saham AGRO didorong oleh pengumuman penetapan harga penambahan modal dengan mekanisme rights issue yang akan digelar di Desember 2022 dengan target dana Rp 1,16 triliun. BRI sebagai pengendali siap menginjeksi Rp 1 triliun lewat aksi korporasi itu.
Penambahan modal dilakukan Bank Raya untuk memperkuat ekspansi modal kerja dalam menyalurkan pinjaman maupun memperkuat pendanaan kepada segmen market yang baru, terutama segmen Gig Economy.
Selain itu juga untuk memenuhi ketentuan modal inti Rp 3 triliun. Per September 2022, modal intinya baru Rp 2,07 triliun.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, memperkirakan tekanan pada saham bank digital belum akan berhenti selama tekanan kenaikkan tingkat suku bunga masih terjadi
"Sehingga tekanan saham bank digital ini menurutnya juga ikut dipengaruhi oleh sentimen global," kata Nico kepada Kontan.co.id, Jumat (2/12).
Baca Juga: BI Proyeksi Transaksi Perbankan Digital Tembus Rp 67.000 Triliun di Tahun Depan
Ia mengatakan, potensi kenaikan harga saham bank digital ke depan akan tergantung pada kepastian The Fed untuk melonggarkan kenaikan suku bunganya.
Baru-baru ini, Gubernur The Fed telah memberikan sinyal untuk menurunkan laju kenaikan dan tahun depan kenaikannya hanya berpotensi sampai ke level 5%-5,5%.
Kepastian ini menurut Nico akan menjadi sentimen positif bagi saham bank digital.
Terlepas dari tekanan yang ada, Nico memandang saham ARTO, AGRO, BBHI masih terlihat seksi karena ketiganya memiliki ekosistem digital yang kuat. Prospeknya ke depan dinilai masih menarik.
Sementara Founder HungryStock Community Lukas Setia Atmaja menilai saham-saham bank digital tidak menarik.
Menurutnya, valuasinya sudah terlalu tinggi. Meskipun saat ini harga sahamnya kompak mengalami penurunan tajam namun valuasinya dinilai masih tetap ketinggian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News