kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Saham Bank Syariah Kurang Bertenaga Meski Potensi Besar


Kamis, 07 September 2023 / 23:29 WIB
Saham Bank Syariah Kurang Bertenaga Meski Potensi Besar


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Potensi perbankan syariah di Indonesia kerap kali digadang-gadang memiliki masa depan yang menjanjikan. Meski demikian, kinerja saham dari bank-bank syariah ini tak cukup bertenaga.

Dari empat emiten bank syariah yang tercatat, hanya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang masih mencatatkan pertumbuhan sepanjang tahun berjalan. Harga BRIS ada di level Rp 1.640 per saham pada penutupan pasar 7 September 2023, atau naik 27,13% year to date (ytd).

Penurunan paling dalam terjadi pada PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) yang harganya turun 29,21% ytd atau senilai Rp 1.975 per saham. Disusul oleh PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) yang turun 16,96% atau Rp 1.175 per saham.

Memang, BSI menjadi salah satu emiten bank syariah yang sedang memiliki sentimen positif. Hal ini terkait kabar masuknya investor asing ke bank syariah milik negara tersebut.

Baca Juga: BSI Perkuat Posisi di Bisnis Ekosistem Haji dan Umrah

Terbaru, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengungkapkan bahwa bank tersebut akan melakukan aksi korporasi. Oleh karenanya, bank syariah terbesar di Indonesia ini harus melakukan audit laporan keuangan kembali.

“Harus diaudit karena ada rencana divestasi gitu, pemegang saham yang divestasi ya, bukan kita,” ujar Hery saat ditemui, Rabu (6/9).

Sementara itu, Hery enggan berkomentar terkait rencana masuknya investor asing yang digadang-gadang bakal menggantikan posisi BNI dan BRI yang bakal melakukan divestasi. Menurutnya, itu adalah ranah pemegang saham.

 

“Gak tau saya, tanya pemegang saham saja,” ujarnya.

Seperti diketahui, Kementerian BUMN sudah memutuskan BRI dan BNI akan melakukan divestasi sahamnya di BSI. Kabarnya, aksi tersebut menjadi pintu masuk bagi investor baru masuk menjadi pemegang saham BSI.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian melihat terkait rencana divestasi pada saham BSI tersebut akan menambah kekuatan yang sama dengan bank-bank konvensional. Misal, dari sisi kompetitifnya yang bisa mendorong kinerja saham-saham tersebut.

Baca Juga: Bos BSI Beberkan Alasan Bank Syariah Indonesia (BRIS) Belum Serahkan Laporan Keuangan

Dalam hal ini, ia menilai aksi korporasi tersebut akan membuat modal BRIS bertambah besar untuk jangka panjang. Sebab, ia menilai modal dibutuhkan oleh bank syariah agar bisa lebih besar dari segi aset maupun kinerjanya dan menyusul bank konvensional.

“Selama ini likuiditas sahamnya kecil dan investor masih belum banyak yang tahu model bisnisnya seperti apa,” ujar Fajar.

Ia berpendapat secara prospek, bank syaria ini sebetulnya masih cukup menarik terlebih dalam jangka panjang. Mengingat, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia.

Ditambah, beberapa bank misalnya mencatatkan pertumbuhan pembiayaan dan perbaikan rasio keuangan seperti NPF. Hanya saja, ia menilai saham bank syariah yang masih menarik cuma BRIS.

Itu dikarenakan karena BRIS memiliki market share yang besar di industri sehingga kinerja masih bisa tumbuh dari sisi laba dengan cukup baik. Serta, kemampuan dalam hal menekan cost of fund.

Namun secara teknikal, Fajar melihat sahamnya sedang sideways setelah mengalami kenaikan pesat di awal tahun ini, dan juga volatilitas yang sedang terjadi di pasar saham saat ini cenderung tinggi.

Baca Juga: MI Optimistis Dana Kelolaan Bisa Tumbuh hingga Akhir Tahun

“Investor asing yang keluar cukup masif di saham-saham big caps termasuk BRIS dan bank-bank lainnya, sehingga sebaiknya investor wait and see terlebih dahulu,” ujar Fajar.

Bagi investor yang ingin masuk, Fajar merekomendasikan untuk bisa cermati level resistance di Rp 1.730. Jika tertembus, maka bisa ambil posisi untuk beli dengan target harga terdekat di Rp 1.810.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melihat sejatinya prospek perbankan syariah di Indonesia masih bagus. Hanya saja, saat ini melihat bank-bank syariah ini belum begitu berkembang.

Menurutnya, dari emiten bank syariah yang ada, ia menyebut BRIS dan BTPS lah yang mungkin sudah memiliki basis nasabah. Mengingat, dua emiten ini sudah cukup lama berkembang.

Baca Juga: Perbankan Optimistis Efek DHE Bakal Tingkatkan Likuiditas Valas

Sementara itu, ia juga menyoroti BANK yang sejatinya bagus karena berjalan di segmen digital. Hanya saja, ekosistem dari BANK sendiri belum terlalu terlihat sehingga sulit dinilai.

Oleh karenanya, ia menilai bank-bank syariah ini seharusnya lebih fokus lagi untuk melakukan penetrasi pasar. Sebab, jika penetrasi benar-benar dilakukan, potensinya akan lebih besar.

“Jadi cuma BRIS ya yang menurut saya menarik dengan target hartga di Rp 1.900. Kami juga suka BTPS sebenarnya” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×