Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Ekses likuiditas di sistem moneter Indonesia nilainya amat besar dengan kisaran nilai Rp 350 triliun di setiap operasi moneter. Bank Indonesia mengaku sudah melakukan berbagai macam cara untuk menyedot kelebihan tersebut sehingga terkendali dan tidak mengganggu capaian inflasi. Salah satunya adalah dengan upaya menggiring pendalaman pasar keuangan.
Deputi Gubernur BI Budi Mulya yang membawahi bidang pengelolaan moneter menjelaskan, upaya BI memperdalam pasar keuangan domestik melalui berbagai macam kebijakan sejauh ini perlahan mulai terlihat. "Sedikit-sedikit sudah ada shifting atau pergeseran penempatan dana dari investor ke instumen dengan tenor lebih panjang," jelasnya di Jakarta.
Jika dahulu investor, terutama asing, paling suka menempatkan dananya di instrumen Sertifikat BI (SBI) bertenor 1 bulan, maka setelah instrumen tersebut dihapuskan, SBI tenor 3 bulan menjadi favorit baru.
Data BI sampai 1 Oktober mencatat, dari total SBI senilai Rp 252 triliun, posisi SBI tenor 3 bulan mencapai Rp 150 triliun, lalu untuk tenor 6 bulan sebesar Rp 97 triliun, sedangkan instrumen baru SBI bertenor 9 bulan baru sebesar Rp 4 triliun. "Investor asing kebanyakan masih di SBI tenor 3 bulan dan 6 bulan, masing-masing porsinya mencapai 55% dan 45%," imbuh Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah.
Seperti diketahui, pada Juni lalu BI mengeluarkan setidaknya enam kebijakan moneter baru di antaranya adalah kebijakan one month holding SBI 1 bulan, lalu BI mengeluarkan produk baru yang dinamakan Term Deposit, kemudian, perilisan instrumen SBI bertenor 9 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News