kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sebanyak 25% calon nasabah enggan buka rekening jika bank digital lakukan hal ini


Kamis, 09 September 2021 / 07:10 WIB
Sebanyak 25% calon nasabah enggan buka rekening jika bank digital lakukan hal ini


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bank digital bakal semakin ketat. Boleh saja bank digital mengklaim paling canggih. Tapi, sebaiknya memperhatikan survei dari FICO. 

Perusahan analisa data berbasis di California itu mengadakan survei  tentang perbankan digital pada 2021. Masyarakat Indonesia mengharapkan kemudahan ketika membuka rekening bank lewat aplikasi seluler atau situs web.

Tiga dari lima responden atau 60% ingin menjawab 10 pertanyaan atau kurang. Atau mereka akan menghentikan proses pembukaan rekening. Bahkan satu dari empat responden Indonesia atau 25% berhenti membuka rekening jika harus menjawab lebih dari lima pertanyaan.

Tak cuma itu. masyarakat Indonesia yang membuka rekening bank secara digital ingin menempuh proses pada kanal pilihan mereka, lewat ponsel pintar atau situs web. Jika konsumen diminta berganti kanal untuk membuktikan identitas mereka, sebagian besar dari mereka akan menghentikan proses pembukaan rekening.

Baik benar-benar berhenti membuka rekening atau beralih ke bank pesaing. Di antara konsumen yang tidak segera menghentikan prosesnya, hingga 18% akan menunda pengajuan pembukaan rekening.

“Pandemi mendorong pola pikir digital di Indonesia. Tren ini terbukti dari 59% konsumen yang lebih cenderung membuka rekening secara digital ketimbang satu tahun sebelumnya,” kata Aashish Sharma, Senior Director, Decision Management Solutions, FICO, Asia Pasifik, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (7/9).

Jumlah konsumen yang ingin membuka rekening bank secara digital telah bertambah menjadi 33% dan tren terus meningkat. “Tren ini sangat menarik, khususnya di sebuah negara yang masih marak mengunjungi kantor cabang bank,” lanjut Sharma.

Survei ini mengungkapkan beragam tingkat kesabaran konsumen berdasarkan produk perbankan. Masyarakat Indonesia sangat berharap menyelesaikan proses pembukaan rekening dengan menjawab 10 pertanyaan atau kurang.

Sementara, jika ditilik menurut produk perbankan, porsinya berbeda-beda, yakni rekening tabungan (67%). Lalu produk Buy Now Pay Later yaitu fasilitas keuangan yang memungkinkan metode pembayaran dengan cicilan tanpa kartu kredit sebanyak 60% dan rekening untuk bertransaksi (60%).

Ekspektasi ini ternyata lebih tinggi dari negara-negara lain yang disurvei FICO. Misalnya, hanya 41% konsumen Inggris dan 51% konsumen Australia berharap menjawab 10 pertanyaan atau kurang ketika membuka rekening untuk bertransaksi.

Konsumen Indonesia menginginkan pengalaman digital yang menyingkirkan kendala dan ketidaknyamanan. Mereka berharap bank-bank besar dapat mengenalinya. Sebanyak 74% konsumen ingin memverifikasi identitasnya lewat internet dan 27% konsumen Indonesia menilai bahwa lembaga keuangan terlalu banyak mengajukan pertanyaan.

“Anda harus segera menjawab kendala tersebut. Atau pesaing Anda akan melakukannya pada masa mendatang. Konsumen menginginkan bank untuk memanfaatkan teknologi guna mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketika membuka rekening.  Misalnya pengecekan identitas yang lebih baik, analisis histori transaksi, perbankan terbuka, dan bank data pemerintah,” imbuh Sharma.

Kendati ingin kemudahan saat membuka rekening, konsumen menilai peninjauan dan keamanan aplikasi yang lebih ketat dianggap tepat dalam pengajuan produk-produk keuangan tertentu dengan nilai lebih besar. Apa saja?




TERBARU

[X]
×