Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) boleh unjuk gigi. Soalnya, dalam dua bulan pertama di tahun ini, perusahaan asuransi jiwa pelat merah tersebut berhasil mengantongi pendapatan premi sekitar Rp 1,5 triliun. Itu berarti, sebanyak 15% dari target premi di sepanjang tahun yang sebesar Rp 10 triliun.
Ini merupakan awal yang bagus, mengingat tren penjualan asuransi justru banyak terjadi jelang kuartal ketiga dan keempat. "Produksi di daerah bertumbuh pesat. Pendapatan premi meningkat 40% year on year dalam dua bulan pertama," ujar Hendrisman Rahim, Direktur Utama Jiwasraya, pekan lalu.
Hal ini dikarenakan, pertama, pengelolaan antara jalur distribusi keagenan dengan bancassurance (penjualan produk asuransi melalui kerja sama dengan bank) di kantor pusat dan kantor wilayah mulai dilakukan secara terpisah. Tadinya, produksinya digabung, sehingga kurang fokus dalam pemasaran.
Sebagai konsekuensi, Jiwasraya melakukan efisiensi kantor-kantor wilayah. Tahun lalu, kantor wilayah masih berjumlah 17. Namun, pada awal tahun ini menjadi 15 kantor wilayah, setelah dilakukan penggabungan kantor wilayah di Cirebon dan Jakarta. Perseroan menargetkan menciutkan kantor wilayah menjadi 13 hingga akhir tahun nanti.
Kedua, jumlah tenaga pemasar meningkat dua kali lipat. Saat ini, jumlah agen mencapai 14.000 orang. Padahal, akhir tahun lalu, jumlahnya cuma berkisar 7.000 orang. Diharapkan, total agen yang digandeng perseroan sampai akhir tahun ini tembus sebanyak 20.000 orang. Keagenan sendiri masih menjadi penyumbang premi tertinggi.
Dari sisi laba, Jiwasraya telah meraup untung sekitar Rp 90 miliar selama Januari - Februari 2015. Perolehan itu sudah mencapai 18% dari target laba tahun ini, yakni Rp 500 miliar. "Tahun lalu, kami memperoleh laba sebesar Rp 661 miliar atau tumbuh 44% ketimbang tahun sebelumnya. Kesannya turun ya, tetapi tidak, pencapaian tahun lalu memang jauh di atas target," imbuh dia.
Perolehan laba yang ciamik tersebut juga ditopang oleh penurunan jumlah klaim sebanyak 40% - 50%. Penurunan pembayaran klaim dikarenakan proses seleksi risiko yang dilakukan perseroan membaik, sehingga underwritingnya positif. Umumnya, klaim jatuh tempo (maturity). Tetapi, klaim polis ditebus (surrender) berkurang. Itu artinya, polis bertahan.
Adapun, pendapatan premi tahun ini dipatok mencapai Rp 10 triliun atau ditargetkan tumbuh 42% jika dibandingkan dengan pencapaian akhir tahun lalu, yakni Rp 7 triliun. Produk asuransi jiwa tradisional disebut masih akan mendominasi produksi premi perseroan ketimbang produk asuransi jiwa berbasis investasi alias unitlink.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News